TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketahanan pangan menjadi isu penting di tengah krisis pandemi Covid-19.
Pemerintah terus menggenjot sektor pertanian dan hortikultura untuk menyediakan ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Salah satu langkah yang dilakukan yaitu membangkitkan lahan-lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan budi daya.
Upaya tersebut juga dilakukan Badan Restorasi Gambut (BRG) dengan menggandeng kelompok masyarakat (pokmas) di beberapa daerah.
Baca: Presiden Minta BRG Lakukan Pembasahan Masif Lahan Gambut
Salah satu kerja samanya yaitu penanaman 24 ribu sagu di lahan seluas 100 hektare di empat desa di Kecamatan Meranti, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kepulauan Riau. Empat desa itu di antaranya, Desa Mayang Sari, Desa Mekar Sari, Desa Bagan Melibur, dan Desa Sungai Anak Kamal.
Masing-masing desa terdapat dua pokmas dan pokmas ini menggarap lahan gambut di luar wilayah konservasi. Kelompok Kerja Restorasi Wilayah Sumatera BRG, Soesilo Indrarto mengatakan, pemilihan jenis tanaman sagu menyesuaikan kondisi lahan dan kultural masyarkaat.
“Memang daerah itu punya potensi sagu, tapi tidak digali. Kita ingin membantu, diversifikasi produk hanya secara lokal hanya dijadikan makanan sagu,” ujar Soesilo dalam keterangannya, Jumat (28/8/2020).
Soesilo mengatakan, sagu cocok ditanam di lahan gambut basah. Penanaman sagu tidak perlu pengeringan lahan, yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan.
“Kalau di situ masyarakat sudah senang merasa menguntungkan menanam komoditas sagu itu, dengan sendirinya menjaga kebasahan lahan itu,” kata dia.
Baca: Periode Ini, Ekspor Pertanian Melesat Tajam
Soesilo mengatakan, penanaman sagu ini juga berhubungan dengan proses pengembangan pakan ternak berbahan sagu.
Pakan ternak yang dikembangkan ini menggunakan sagu parut kering atau sapuring. Diharapkan, sagu dapat memenuhi penyediaan sapuring. “Sehingga nantinya bisa berkelanjutan,” ucap dia.
Kepala Desa Bagan Berlibur, Isnadi mengatakan, sapuring ini rencananya dikelola Bumdes dan pemasarannya hingga ke Kepulauan Riau, Tanjung Pinang, Batam dan Bintan.
Melihat potensi ini, kata Isnadi, warga terpacu dalam penanaman bibit sagu di lahan gambut seluas 100 hektare ini. "Masyarakat sangat semangat kalau pembiayaan dibantu. Kalau swadaya, dengan lahan 25 hektare biayanya lumayan," kata Isnadi.
Isnadi mengatakan, penanaman sagu juga bermanfaat untuk mengawasi sumber api. Sebab, kata dia, kawasan gambut di Kecamatan Meranti dikenal sangat rawan kebakaran.