Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Selandia Baru akan terus mendukung pengembangan sektor energi panas bumi di Indonesia, seiring dengan komitmen negara ini memimpin upaya global mewujudkan pemulihan hijau pascavpandemi Covid-19.
Pandemi coronavirus menyebabkan tekanan ekstrim bagi komunitas internasional, sistem layanan
kesehatan, dan perekonomian global.
Namun, pada saat bersamaan, pandemi membuka peluang menyelaraskan kebijakan iklim dan membangun dunia yang lebih hijau.
Baca: Pengusaha Energi Panas Bumi Harapkan Kesetaraan dengan Pembangkit Listrik Konvensional
Meski tingkat emisi global menurun selama pembatasan sosial di sejumlah negara, pemerintah dan
para pakar sepakat bahwa negara-negara di dunia harus bekerja sama untuk menjamin keberlanjutan
pencapaian tersebut.
Program rendah karbon, seperti pengembangan panas bumi, dapat membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, salah satu tantangan utama
yang harus diatasi melalui kebijakan pemulihan ekonomi setelah pandemi.
“Terkadang terdapat pola pikir yang melihat bahwa upaya pelestarian lingkungan sebagai beban
pertumbuhan ekonomi. Namun, jika kita menginginkan pemulihan ekonomi berkelanjutan pasca Covid-19, kita harus berfokus pada faktor sosio ekonomi dan lingkungan. Ada satu kutipan yang
saya sukai yang menyatakan ‘ekonomi sebagai bagian tak terpisahkan dari lingkungan’,” ujar Menteri
Perdagangan Selandia Baru David Parker dalam pidatonya di ajang
Digital Indonesia International Geothermal Convention (DIIGC) 2020 pada 8 September 2020.
Baca: PGN Komitmen Bangun Infrastruktur Baru untuk Mendorong Bauran Energi Nasional
DIIGC 2020 diselenggarakan Asosiasi Panasbumi Indonesia (API/INAGA) secara virtual pada 1-10 September 2020.
Ajang ini diselenggarakan sebagai pengganti event Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2020, yang ditunda hingga 2021 akibat pandemi Covid-19.
Di ajang ini para pembicara saling berbagi perkembangan terbaru di sektor panas bumi. Bertemakan “The Future is Now: Committing Geothermal Energy for Indonesia’s Sustainable
Development”.
DIIGC 2020 juga bertujuan memberi kesempatan bagi pelaku industri panas bumi Indonesia untuk menjalin kerja sama dengan mitra potensial, termasuk Selandia Baru yang telah rutin berpartisipasi dalam IIGCE sejak 2015.
“Kami telah mendukung keberhasilan Indonesia dan kami ingin membantu Indonesia mewujudkan
potensi panas buminya dengan bekal kerja sama yang telah terbangun selama beberapa dekade."
"Saat ini, Indonesia adalah penerima bantuan pembangunan terbesar dari Selandia Baru di luar
Pasifik,” kata Parker.
Untuk upaya penanganan dan pemulihan Covid-19, Pemerintah Selandia Baru mengalokasikan dana sebesar Rp 495,77 triliun di dalam Anggaran 2020-2021.
Selain menciptakan lapangan kerja dan memberikan skema dukungan terhadap bisnis, dana tersebut akan dikucurkan untuk inisiatif ramah lingkungan dan upaya mengatasi perubahan iklim.
Sejak Mei 2020 ini, Selandia Baru telah menyalurkan lebih dari Rp 59,37 miliar bantuan untuk
mendukung upaya penanganan Covid-19 di Indonesia.
Bantuan tersebut meliputi dukungan untuk menambah kapasitas pengetesan, menyediakan alat pelindung diri dan disinfektan, dan meningkatkan layanan kesehatan dasar.
New Zealand Trade and Enterprise (NZTE), badan pengembangan bisnis internasional Selandia Baru, juga telah mendukung sejumlah inisiatif untuk membangun dan menjaga reputasi Selandia Baru di bidang panas bumi di Indonesia.
Selama pandemi, NZTE dan API berkolaborasi menyediakan platform untuk berbagi informasi berupa webinar mingguan yang menghadirkan teknologi, solusi, dan inovasi asal Selandia Baru di sektor panas bumi.
Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia Diana Permana menegaskan, Selandia Baru selalu siap melanjutkan dukungannya untuk upaya pemulihan ekonomi ramah lingkungan dan pengembangan panas bumi di Indonesia, salah satu negara di dunia yang memiliki potensi energi panas bumi yang sangat besar.
Lebih dari 36 tahun lalu, kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Selandia Baru melahirkan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama Indonesia di Kamojang, Jawa Barat yang dibangun
dengan bantuan finansial New Zealand Aid Programme.
Kemitraan ini akan memasuki fase baru, sejalan dengan ambisi Indonesia untuk memproduksi 7.241 megawatt tenaga listrik dari panas bumi pada 2025.
Pemerintah Selandia Baru berkomitmen mengalokasikan bantuan Rp296,86 miliar
selama periode 2017-2022 dalam bentuk pelatihan bersama Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (BPSDM) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dukungan teknis bagi
mitra termasuk Kementerian ESDM dan PT Sarana Mitra Infrastruktur (SMI), serta upaya peningkatan
akses ke energi panas bumi di Maluku.
Selama lebih dari 50 tahun, Selandia Baru telah menginvestasikan ratusan juta dolar untuk
pengembangan energi panas bumi di Indonesia dan akan terus memberi pelatihan bagi pakar-pakar
panas bumi Indonesia.
Melalui NZTE dan New Zealand Aid Programme, Selandia Baru akan terus berupaya mewujudkan potensi panas bumi Indonesia berbekal kerja sama yang telah lama terbangun.