Laporan Wartawan Tribunenws.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar rumah segmen menengah-bawah menunjukkan tren peningkatan.
Hal itu dipicu kebutuhan perumahan di Indonesia sejalan pertumbuhan jumlah penduduk yang kini populasinya mencapai lebih 268 juta jiwa.
Chief Executive Officer PT Mustika Land David Sudjana mengatakan, pasar segmen menengah bawah sangat berkembang di tengah pandemi Covid-19.
Yang paling menarik di pasar segmen menengah adalah, selain pasarnya gemuk, segmen ini juga memiliki kemampuan daya beli yang menguat.
“Sebagian besar mereka (kelas menengah) adalah tenaga kerja profesional dan kreatif yang tidak hanya menggantungkan pada pendapatan gaji semata. Mereka bisa meng-create bisnis sampingan (bisnis online) dan passive income lainnya. Karena itu daya beli mereka relatif lebih baik,” kata David, Sabtu (12/9/2020).
Baca: Properti Berkonsep TOD di Kota Bogor Dinilai Semakin Prospektif
David menyatakan, pasar rumah menengah sangat menarik karena antara tahun 2020 hingga 2030 (data BPS) akan terjadi bonus demografi di Indonesia, di mana kelas menengah rata-rata usia produktif tumbuh sangat besar.
Faktor ini tentunya akan memicu peningkatan pasar segmen properti menengah, khususnya untuk keluarga-keluarga muda yang belum memiliki rumah (rumah pertama).
Baca: Hunian Dormitory, Pilihan Baru Berinvestasi Properti di Kota Batam
Target pasar ini memang membeli rumah untuk dihuni, selain juga menjadi investasi.
“Mengantisipasi hal tersebut, Mustika Land tetap berkomitmen dan fokus dengan brand positioning-nya pada segmen kelas menengah. Di antara proyek yang sedang digarap di segmen ini adalah Mustika Park Place, Mustika Golf Residence, dan Mustika Taman Sari yang bermain di-range harga Rp.400 jutaan hingga Rp.800 jutaan," jelas David.
"Untuk kelas yang lebih terjangkau, kita menggarap Mustika Village Sukamulya di Cikarang dan Mustika Village Karawang,” tambah dia.
Berdasarkan data Kementerian PUPR, backlog perumahan per awal 2020 mencapai 7,64 juta unit.
Yang terbesar kekurangan berada di segmen menengah-bawah.
Hal ini menjadi penyebab pasar perumahan segmen menengah-bawah tidak rentan terhadap krisis ekonomi, sekaligus menjawab tetap eksisnya para pemain perumahan menengah-bawah, bahkan di masa pandemi seperti saat ini.