TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19, kinerja ekspor pertanian sepanjang periode Januari-Agustus 2020 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
"Kenaikannya sebesar 8,59 persen," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat peluncuran TribunKaltara.com, Jumat (18/9/2020).
Sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Akhmad Musyafak melaporkan bahwa kinerja ekspor pertanian pada periode Agustus 2020 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 8,6 persen atau naik menjadi 2,4 miliar dolar AS dibanding periode yang sama pada tahun 2019 yang hanya 2,2 miliar dolar AS.
Baca: Menko Airlangga: Transformasi Digital Menjadi Pondasi Pemulihan Ekonomi Nasional
Baca: Menko Airlangga Klaim IHSG Bisa Cetak Rekor karena Pemerintah Serius Tangani Covid-19
"Secara kumulatif nilai ekspor pertanian periode Januari-Agustus 2020 mencapai 2,4 miliar atau meningkat dari sebelumnya yang hanya 2,2 miliar dolar AS," kata Musyafak.
Di samping itu, kata Musyafak, ekspor olahan pertanian juga turut meningkat pada periode yang sama. Kondisi ini membuktikan bahwa sektor pertanian merupakan solusi pasti atas perbaikan ekonomi di tengah pandemi covid-19 yang masih melanda seluruh dunia.
"Olahan pertanian pada periode Januari-Agustus 2020 mencapai 15,92 miliar dolar AS atau meningkat 5,4 persen dibanding periode yang sama tahun 2019 yang hanya 15,09 miliar dolar AS," katanya.
Surplus
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca dagang RI pada periode Agustus 2020 mengalami surplus sebesar 2,33 miliar dollar AS.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan, baik realisasi ekspor maupun impor pada Agustus mengalami kontraksi pertumbuhan secara tahunan atau year on year (yoy).
Namun, penurunan ekspor masih lebih rendah ketimbang impor, sehingga neraca dagang RI masih mencatatkan surplus.
Tercatat pada Agustus lalu, realisasi ekspor RI sebesar 13,07 mililar dollar AS, turun 8,36 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar 14,26 miliar dollar AS.
Ekspor komoditas migas mengalami penurunan sebesar 27,45 persen secara tahunan. Sementara itu komoditas non migas yang terkontraksi sebesar 7,16 persen secara tahunan.
“Yang membuat ekspor non migas turun beberapa komoditas diantaranya logam mulia, perhiasan, permata, kemudian minyak hewan nabati, bahan bakar, dan mineral besi, dan baja, dan juga alas kaki,” tutur pria yang akrab disapa Kecuk itu dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/9/2020).
Sementara itu, nilai impor RI 10,74 miliar dollar AS, atau anjok 24,19 persen secara tahunan. Berbeda dengan realisasi ekspor, komoditas non migas justru mengalami penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan migas.
“Penurunan impor terjadi baik untuk impor migas maupun impor non migas yang turun 21,9 persen,” kata dia.
Dengan realisasi ekspor dan impor tersebut, neraca dagang RI pada periode Agustus 2020 mengalami surplus sebesar 2,33 milar dollar AS.
Realisasi itu jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang hanya mengalami surplus sebesar 92,6 juta dollar AS.
“Jadi tentunya kita berharap ke depan ekspor kita akan semakin membaik, sehingga surplus akan meningkat dan ekonomi bisa cepat pulih kembali,” ucap Kecuk.