News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Okupansi Penumpang Turun 89 Persen, Usaha Logistik Jadi ''Sekoci'' Pelni saat Pandemi

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal Pelni bersandar di pelabuhan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi covid 19 saat ini masih terjadi, banyak sektor bisnis terutama transportasi terkena imbasnya.

Tidak terkecuali yang dialami PT Pelni (Persero), meski terkena imbas namun Pelni masih tertolong adanya logistik dan pengiriman barang melalui kapal laut.

Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru Pelni Kerahkan Semua Armada, ABK Wajib Pakai Hazmat

"Untung tapi enggak untung banget, imbas banyaknya penutupan pelabuhan. Tapi kita tertolong dari logistik karena Pelni punya tiga anak usaha urusan logistik," ujar Kepala Kesekretariatan Perusahaan Pelni Yahya Kuncoro saat Media Briefing di kawasan Juanda, Jakarta Pusat, Jumat (16/10/2020).

Menurut Yahya, sejak kapal penumpang diizinkan beroperasi kembali pada Mei 2020, produksi penumpang kapal Pelni pada periode Mei – September 2020 mencapai 294.973 penumpang.

Terjadi penurunan produksi penumpang sebesar 89 persen pada periode yang sama di tahun 2019.

"Yang paling terasa saat Idul Fitri karena ada larangan," ujar Yahya.

Dari data penumpang per September 2020 terjadi kenaikan penumpang pada triwulan III 2020 yang naik sebanyak 204.583 atau naik 308 persen dari 66.289 penumpang di triwulan II 2020.

Untuk triwulan III 2020 kenaikan penumpang sebanyak 165.561 atau naik 452 persen dari 36.603 penumpang di triwulan II 2020.

Sementara itu, pada kapal perintis terjadi kenaikan penumpang pada triwulan III 2020 yang naik sebanyak 39.708 atau naik 134 persen dari 29.334 penumpang di triwulan II 2020.

Di sisi lain lanjut Yahya, kinerja pada kapal barang naik 230 persen atau naik dari 725 TEUs di triwulan III tahun 2019 menjadi 2.370 TEUs di triwulan III 2020.

Kinerja kapal barang di triwulan III 2020 juga mengalami kenaikan sebanyak 530 TEUs atau naik sebesar 29 persen dari 1.840 TEUs di triwulan II 2020 dengan dua trayek yang padat muatan. 

Lebih jauh Yahya menjelaskan muatan barang pada kapal penumpang mengalami penurunan sama halnya dengan produksi penumpang yaitu akibat adanya larangan sandar di pelabuhan-pelabuhan bagi kapal penumpang.

Namun dengan kebijakan optimalisasi muatan pada masa pandemi, sehingga kapal penumpang dioptimalkan untuk mengangkut muatan barang.

"Ketika mengisi penumpang jumlah okupansi tidak memadai hanya 80 persen maka 20 persennya bisa komersial," ujar Yahya.

Selain kapal barang, Pelni mengalami penurunan untuk muatan kapal ternak pada triwulan III/2020 sebanyak 745 ekor sapi atau turun 47 persen dari 1581 ekor di triwulan II 2020.

Penurunan utamanya pada bulan ini terjadi karena dari Pemerintah Daerah NTT belum menetapkan kuota untuk jumlah sapi yang akan diangkut dengan KM Caraka Nusantara 1.

Saat ini kapal berlabuh di pelabuhan Tenau Kupang NTT sehingga terjadi delay dalam pemuatan.

Pelni pun mendorong Pemda NTT agar segera menetapkan kuotanya.

Kata Yahya yang menjadi kejutan saat pandemi covid 19 adalah tol laut khususnya rute Surabaya-Morotai. Di rute tersebut okupansinya sangat luar biasa, walau Yahya tidak menyebutkan angkanya secara persis.

Rute Surabaya-Morotai kata dia kapal tol laut tidak dalam keadaan kosong saat kembali dari Morotai ke Surabaya.

Biasanya komoditas yang diangkut dari dan ke Morotai adalah ikan, kopra serta batang kelapa.

"Morotai tinggi luar biasa okupansinya dan ini menjadi barometer semua tol laut berkaca ke Surabaya-Morotai. Kalau dari Surabaya biasanya mengangkut ikan lalu kalau dari Morotai angkut batang kelapa, kopra," ujar Yahya.

Berkaca dari rute Surabaya-Morotai tersebut Pelni lanjut Yahya juga akan menjajaki rute lain yang memiliki potensi bagus.

"Setelah program tol laut Morotai ini kan tergantung fungsi dari Pemda, maka akan kita jajaki yang lain. Pemda-pemda kita juga minta nanti," ujar Yahya.

Yahya juga merasa bersyukur karena ia mengklaim BUMN pelayaran tersebut tidak memiliki utang jatuh tempo.

Untuk penghasilan atau gaji direksi dan karyawan Pelni pun kata dia juga tidak ada yang kena potong.

Hanya saat penerimaan THR Idul Fitri yang jumlahnya berkurang.

"Kita bersyukur sekali karena tidak ada utang, tidak ada schedule pembayaran," ujar Yahya.(Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini