News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pertumbuhan Ekonomi Syariah RI Harus Direspons Industri Keuangan

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Tim Project Management Office (PMO) sekaligus Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Hery Gunardi (tengah) bersama dengan Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Catur Budi Harto (kedua kanan) dalam virtual press conference penandatanganan Conditional Merger Agreement pada Selasa (13/10/2020).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - The State of Global Islamic Indicator Report (SGIER) 2020/2021 mencatat ekonomi syariah Indonesia naik ke posisi empat atau naik satu peringkat dari raihan 2019.

Peneliti Ekonomi Syariah dari Centre of Islamic Banking, Economics, and Finance (CIBEF) Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan, peningkatan ini harus direspon cepat oleh pelaku industri keuangan syariah di dalam negeri.

“Bank syariah harus cepat merespon. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah sudah berupaya maksimal dalam pengembangan sektor riil halal dan berhasil,” ujar Fauziah di Jakarta, Selasa (24/11/2020).

Baca juga: Merger Bank Syariah BUMN Pacu Pengembangan Industri Halal

Baca juga: BLT Rp 2,4 Juta Masih Bisa Diterima Lewat BRI, BNI dan Bank Syariah Mandiri, Ini Cara Mendapatkannya

Menurut Fauziah, selama ini pertumbuhan dan posisi industri riil halal Indonesia sudah sangat kuat.

Keunggulan ini harus disokong dengan kehadiran produk keuangan syariah yang bagus dan relevan dengan kebutuhan.

Kebutuhan terkait layanan keuangan syariah ini bisa terjawab dengan hadirnya bank syariah hasil merger BUMN tahun depan.

Fauziah menyampaikan pasca resmi bergabung nanti, bank syariah BUMN memiliki modal kuat untuk memperbesar kemampuannya demi menjawab kebutuhan sektor riil halal.

“Pasca merger, Bank Syariah BUMN akan memiliki modal yang kuat untuk investasi IT infrastruktur dan pengembangan produk yang lebih murah, kompetitif dan memenuhi apa yang dibutuhkan oleh pasar, khususnya sektor riil, seperti industri makanan, wisata, obat-obatan halal,” ujarnya.

Dia menyarankan agar bank syariah hasil penggabungan nanti harus memiliki fokus memenuhi kebutuhan sektor riil industri halal di Indonesia.

“Ada momentum sektor riil halal yang sudah kuat. Ada momentum sektor keuangan syariah yang akan kuat pasca merger. Harus dimanfaatkan dengan maksimal kedua hal ini. Fokus untuk addressing kebutuhan sektor halal riil harus masuk ke Rencana Bisnis Merger Bank Syariah BUMN,”terang Fauziah.

Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menambahkan kekuatan besar bank syariah hasil penggabungan usaha tersebut harus bisa meningkatkan daya hidup bank syariah sebagai model bisnis keuangan di Indonesia.

“Indonesia seyogyanya dapat mempertontonkan vitalitas model bisnis bank syariah. Harus ada indikator kinerja jelas, yang menunjukkan bahwa sebagai model bisnis, bank syariah mampu melayani masyarakat lebih baik, efisien, dan fungsional,” tutur Hendrawan.

Dia menegaskan, dalam konteks Indonesia, seharusnya hal ini memberi lahan subur bagi pertumbuhan model bisnis syariah.

“Kultur masyarakat kita yang akomodatif dan adaptif membuka ruang eksperimen model-model bisnis yang bervariasi,” tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini