Pandemi virus corona (Covid-19) telah memberikan tekanan terhadap kondisi perekonomian global.
Bahkan pada tahun ini banyak Lembaga dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bakal mencatatkan sejarah kontraksi terdalam sejak Depresi Besar atau masa Perang Dunia II.
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) memperkirakan ekonomi global bakal terkontraksi hingga 4,2 persen pada tahun 2020.
Sementara Bank Dunia memperkirakan perekonomian global bakal mengalami kontraksi hingga 5,2 persen pada tahun 2020 ini.
Indonesia sendiri tidak terlepas dari dampak pandemi. Akibat pandemi, untuk pertama kalinya sejak krisis moneter 1998, ekonomi Indonesia mengalami resesi. Pertumbuhan ekonomi tercatat negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
Lebih Buruk dari Proyeksi Pemerintah
Kinerja perekonomian sepanjang tahun ini pun lebih buruk dari yang diproyeksi oleh pemerintah.
Ketika pada kuartal I lalu ekonomi masih bisa tumbuh 2,97 persen, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kuartal II laju kinerja perekonomian langsung terjun bebas ke level minus 5,32 persen.
Kontraksi tersebut lebih dalam dibandingkan dengan proyeksi pemerintah yang memperkirakan kinerja perekonomian bakal di kisaran minus 4,3 persen hingga minus 4,8 persen.
Hal yang sama juga terjadi pada kuartal III. Pasalnya, pada kuartal III produk domestik bruto (PDB) Indonesia minus 3,49 persen. Meski membaik dibanding kuartal sebelumnya, realisasi tersebut juga lebih buruk dibanding proyeksi pemerintah yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terkontraksi 2,9 persen.
Namun demikian, secara kuartalan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III sudah tumbuh 5,05 persen.