TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulai tahun ini, penggunaan barang impor akan dilarang dalam seluruh proyek properti dan konstruksi yang ada di bawah Kementerian PUPR.
Dengan belanja produk dalam negeri dan menekan impor, pemulihan ekonomi diharapkan bisa dipercepat.
Langkah ini pun mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak. Salah satunya datang dari pelaku usaha industri baja ringan.
Baca juga: Banjir Baja Impor, 100 Ribu Pekerja Industri Baja Terancam PHK
Stephanus Koeswandi, Vice President Tatalogam Group dalam keterangan resminya, Jumat (22/1/2021) memandang, kewajiban penggunaan produk lokal pada proyek properti dan konstruksi di bawah Kementerian PUPR dapat dijadikan peluang bagi para pelaku usaha, khususnya di sektor industri baja ringan nasional, agar dapat bangkit di tahun 2021.
Dengan demikian, ancaman gelombang PHK terhadap para pekerja di sektor baja dapat ditekan.
Stephanus menerangkan, bukan hal mudah untuk bertahan di masa sulit seperti sekarang ini. Oleh karena itu, selain dukungan pemerintah, para pelaku usaha juga harus melakukan inovasi-inovasi baru agar dapat bersaing dengan produk impor sehingga utilitas produksi meningkat.
Untuk itu, jaminan kualitas produk yang sudah mengantungi sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) serta peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap proyek infrastruktur diharapkan mampu menghalau penggunaan baja impor.
Sebagai produsen nasional baja lapis aluminium seng dengan merek dagang Nexalume dan rangka atap baja ringan dengan merek dagang Taso dan Sakura Roof, imbuh Stephanus, Tatalogam Group menyadari betul pentingnya hal itu.
Tak salah jika semua produk-produk yang dihasilkan Tatalogam Group sudah memenuhi syarat-syarat tersebut.
Bahkan untuk menciptakan produk lokal yang berkelanjutan menurut lingkungan kondisi Indonesia, produk baja lapis aluminium seng Nexalume yang diproduksi anak usaha Tatalogam Group, yaitu PT Tata Metal Lestari, kini juga telah memiliki sertifikat Green Label Indonesia dengan Level Gold dari Green Product Council Indonesia (GPCI).
Green label ini menandakan bahwa produk nexalume yang menjadi bahan baku produk turunan lain mereka seperti Taso dan Sakura Roof, adalah produk yang ramah lingkungan serta dapat mengurangi dampak negatif lingkungan.
“Green label pada dasarnya memang salah satu kebijakan negara untuk menumbuhkan industri yang berbasis ramah lingkungan, support dalam pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan," terang Stephanus.
"Kami masih terus berupaya ikut bergerak mewujudkan tujuan Sustainable Development Goal (SDGs) yang ke 12 yaitu produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Karena itu kami juga terus berupaya untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan mengedukasi masyarakat untuk menggunakan produk ramah lingkungan,” tutur Stephanus.
Berita ini tayang di Kompas.com: Bersaing dengan Produk Impor, Produsen Baja Ringan Pakai Bahan Ramah Lingkungan