Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alivio
TRIBUNNEWS.COM, AS - Maskapai dan grup bisnis terkemuka meminta pemerintahan Biden untuk mengembangkan kredensial sementara yang akan memungkinkan para pariwisata menunjukkan bahwa mereka telah diuji dan divaksinasi untuk Covid-19 berupa sertifikat kesehatan, Selasa, (9/3/2021).
Industri penerbangan yakin langkah seperti itu akan membantu menghidupkan kembali perjalanan.
Berbagai kelompok dan negara sedang mengerjakan pengembangan paspor virus yang bertujuan untuk memungkinkan lebih banyak perjalanan.
Langkah itu dilakukan ketika China meluncurkan skema sertifikat kesehatan untuk pariwisata domestik.
Sepeti yang diketahui, satu-satunya negara yang sudah pasti luncurkan sertifikat kesehatan atau yang disebut "paspor virus" yakni hanya negara China.
Baca juga: China Luncurkan Paspor Virus! Untuk Apa?
Sertifikat digital, yang menunjukkan status vaksinasi pengguna dan hasil tes virus, tersedia untuk warga China melalui program di platform media sosial lokal WeChat.
Baca juga: Pemerintah AS Kembali Buka Pengajuan Visa dari 13 Negara Mayoritas Muslim dan Afrika
Sertifikat itu diluncurkan "untuk membantu mempromosikan pemulihan ekonomi dunia dan memfasilitasi perjalanan lintas batas," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri.
Namun, sertifikat kesehatan internasional hanya tersedia untuk digunakan oleh warga negara China dan belum wajib.
Sertifikat, yang juga tersedia dalam bentuk kertas, dianggap sebagai "paspor virus" pertama di dunia.
AS dan Inggris termasuk di antara negara-negara yang mempertimbangkan untuk menerapkan izin serupa.
Uni Eropa juga sedang mengerjakan vaksin "izin masuk hijau" yang akan memungkinkan warganya melakukan perjalanan ke luar negeri.
Namun, maskapai penerbangan khawatir bahwa kredensial regional yang berbeda akan menyebabkan kebingungan dan tidak diterima secara luas.
"Sangat penting untuk menetapkan pedoman yang seragam dan AS harus menjadi pemimpin dalam perkembangan ini," tulis surat dari gabungan grup penerbangan yang dituju untuk koordinator tanggapan virus korona Gedung Putih, Jeff Zients.