Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES) Kurtubi menilai langkah impor Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi solusi mengatasi persoalan suplai ke Jakarta dan Sekitarnya.
Hal ini menyusul insiden kebakaran di Kilang Minyak Refinery Unit (RU) VI Balongan di Indramayu Jawa Barat.
"Manakala operasi Kilang Balongan belum normal storagenya atau masih 50 persen maka solusinya yaitu impor," kata Kurtubi dalam webinar yang digelar Narasi Intitute, Jumat (2/4/2021).
Menurutnya, impor BBM bukan hal baru, sebelum Kilang Balongan terbakar, Pertamina juga sudah melakukan impor dengan jumlah luar biasa.
"Sebelum ada kebakaran ini, kita sudah amat tergantung pada BBM impor," urainya.
Ketergantungan impor ini dipicu masalah kapasitas produksi Pertamina yang masih sangat terbatas.
"Kita ini impor minyak mentah (crude oil) impornya sangat gede. Tapi produksi kita memprihatikan sekali hanya 700 ribu barel per hari. Solusinya itu tambah kapastias kilang eksisting (RDMP) atau bangun kilang baru (GRR)," ucap Kurtubi.
Kilang Balongan selama ini memang mensuplai BBM ke ibu kota, dalam kondisi tertentu ada Kilang Cilacap yang akan membantu memenuhi stok.
"Sejak zaman dulu di refinery Pertamina dengan sistem stok yang terus dipertahankan, misalnya 27 harian biasanya. Kalau trouble karena alasan apapun, pastilah ada bantuan suplai dari kilang yang ada," jelasnya.
Penuhi Produksi Kilang Balongan yang Ludes Terbakar, Said Didu Desak Pertamina Impor BBM
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu mengatakan PT Pertamina (Persero) sudah seharusnya melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk menambah pasokan di Kilang Balongan yang ludes terbakar.
"Walaupun sudah impor tapi saya yakin harus menambah impor karena berkurangnya produksi kecuali surplus ini kan kurang. Kilang kita sekarang kurang lebih 800 ribu barel, konsumsi 1,6 juta barel," katanya saat webinar yang digelar Narasi Institute, Jumat (2/4/2021).
Baca juga: YLKI: Distribusi BBM Tidak Terganggu Kilang Balongan, Konsumen Tidak Perlu Panik
Di kondisi pandemi ini memang konsumsi menurun hanya 1,2 juta barel tapi artinya tetap harus impor untuk memenuhi kebutuhan 400-500 ribu barel per hari.