"Kalau berkurang 100 ribu barel saja sudah pasti harus nambah impor dong. Sebenarnya sederhana sekali pemikirannya," ucap Said Didu.
Dia mengatakan bahwa langkah impor BBM sudah tentu perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Baca juga: Wagub Jabar: Pasokan BBM Aman, Area Terdampak Insiden Kilang Balongan Hanya Tangki
"Kita juga tidak akan marah kok kalau impor kan karena kebakaran," tuturnya.
Said Didu menegaskan pernyataannya ini untuk membantah ucapan Direktur Eksekutif Indonesia Resourcess Study (IRESS), Marwan Batubara bahwa ada beberapa pakar yang menghubungkan kejadian kebakaran tangki balongan dengan importasi BBM.
Menurut Marwan, sebagaimna dijelaskan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pada April tahun lalu di mana efisiensi dapat dicapai dengan mengurangi produksi.
"Kita tentu akan concern jika gara-gara kebakaran, impor meningkat tapi tentu berbeda kalau dengan Covid-19. Saya menyarankan agar Pertamina segera melakukan klarifikasi terhadap asumsi impor yang beredar di masyarakat," kata Marwan dalam diskusi virtual, Terbakarnya Tanki Balongan, Pasokan BBM Aman.
Marwan menilai kondisi pandemi membuat konsumsi BBM mengalami penurunan, seharusnya memang Pertamina tidak melakukan imprtasi.
"Tidak ada alasan untuk melakukan impor, bukan saja hanya berbicara dampak kurangnya pasokan BBM akibat kebakaran kilang minyak Balongan. Kita perlu informasi yang transparan dari Pertamina," paparnya.
Kilang Minyak di Balongan Terbakar, Perlukah Impor BBM, Pengamat: Kalau Bisa Lebih Murah Harganya
Pengamat energi Komaidi Notonegoro mengatakan, PT Pertamina harus melakukan cek secara mendetail jika mau impor bahan bakar minyak (BBM) akibat kilang Balongan terbakar.
Kalaupun memang tidak ada pilihan lain selain impor untuk menutup hilangnya 400 ribu barel yang ludes terbakar, harus dengan harga semurah mungkin.
Baca juga: Kilang Terbakar: Minyak di Balongan dari Blok Rokan, Dikelola Perusahaan AS, Kontrak Segera Habis
"Kalaupun impor, yang diimpor minyak mentah yang lebih murah, sehingga kebutuhan devisa impornya akan lebih rendah," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Selasa (30/3/2021).
Sementara, untuk peluang ekspor dengan nilai yang lebih besar juga harus dicek secara detil, sehingga tidak mengorbankan kebutuhan dalam negeri.
Baca juga: Situasi Terkini di Kilang Balongan, Api Masih Berkobar Disertai Hawa Panas Disekitaran Lokasi
"Untuk rencana ekspor, Pertamina saya kira perlu dicek lagi detailnya. Mungkin kalaupun iya adalah untuk minyak yang tidak cukup optimal diolah di dalam negeri," kata Komaidi.