Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (Persero) tengah melakukan survei lokasi pembangunan tower listrik permanen di NTT, menggantikan dua tower yang rusak akibat siklon tropis seroja.
Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero), Syamsul Huda menjelaskan, tim telah melakukan survei ke lokasi pembangunan tower permanen, di mana kondisi tanahnya harus stabil dan mampu menahan konstruksi.
"Kami perhitungkan kondisi tanah dengan konstruksi yang dibutuhkan. Sehingga nanti ketika dibangun, benar-benar tower yang kokoh, tdak gambang roboh," papar Syamsul secara virtual, Senin (10/5/2021).
Baca juga: PLN Disjaya Prediksi Beban Puncak Listrik Akan Capai 3.103 MW di Hari Raya Idul Fitri 2021
Menurutnya, pembangunan tower permanen diperkirakan memakan waktu tiga bulan, di mana proses pengerjaanya tidak akan mengganggu jaringan listrik ke masyarakat NTT.
"Nanti tiga bulan ke depan ini mudah-mudahan sudah bisa terbangun yang permanen. Kami butuh dukungan semua pihak, dari pemerintah daerah, masyarakat, agar tower ini bisa segera terbangun sehingga tidak perlu ditakuti rasa cemas, rasa was-was karena towernya masih emergency," paparnya.
Baca juga: Setelah 35 Ribu MW Selesai, PLN Hanya Bangun Pembangkit EBT
Adapun jumlah tower permanen yang akan dibangum PLN, kata Syamsul, sebanyak dua unit untuk mengganti robohnya tower 19 dan tower 20 yang miring.
"Setidak-tidaknya kami harus bangun kembali tower yang roboh dan miring itu, minimal ada dua. Mudah-mudahan cukup, mengapa saya terkesan belum pastikan jumlahnya karena ini tergantung dari hasil survei," kata Syamsul.
"Terkait biayanya masih dihitung, sehingga kami belum bisa katakan," sambungnya.
Diketahui, untuk menggantikan tower yang roboh akibat badai seroja, PLN telah menyelesaikan pembangunan tower listrik sistem pemulihan darurat atau tower emergency restoration system (ERS) setinggi 63 meter.