TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemerosotan kinerja perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia TBK sebagai salah satu BUMN beberapa tahun terakhir, seiring dengan masa pandemi Covid-19, perlu dibenahi secara serius.
Bukan perkara mudah untuk menyelamatkan maskapai pelat merah tersebut, karena sudah sejak lama, bahkan jauh sebelum pandemi melanda, keuangan Garuda Indonesia memang sudah berdarah-darah.
Pengamat airline industry yang juga Lulusan California State University Fresno, Hendra Soemanto mengatakan, Garuda Indonesia harus fokus pada posisi pure airline industry seperti maskapai bintang lima lainnya.
"Langkah-langkah strategis pembenahan Garuda Indonesia dapat dilakukan dengan bedah operational, conceptual review, dan membangun tata kelola yang transparan dari seluruh jajaran manajemen, dewan komisaris, dan jajaran direksi dengan beberapa strategi pengelolaan organisasi,” kata Hendra melalui keterangannya, Kamis (3/6/2021).
Kemudian, Hendra merinci tujuh strategi pengelolaan organisasi yang dapat dilakukan oleh Garuda Indonesia.
Baca juga: Opsi Penyelamatan Garuda Indonesia Versi Serikat Bersama Karyawan
Pertama, merestrukturisasi organisasi; merampingkan struktur organisasi, biaya, dan me-review aset yang ada.
Kedua, mengoptimalisasikan resources yang tersedia; SDM dan aircraft operation, serta tetapkan new role model of organization.
Ketiga, melakukan analisis value chain dan semua kegiatan internal perusahaan dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu.
Keempat, meningkatkan strategi marketing atau promosi.
Kelima, melakukan analisis brand positioning yang diikuti oleh proses review terhadap rute penerbangan dan penetapan harga tiket.
Keenam, analisis market outlook dan mengambil langkah-langkah strategis yang inovatif.
Ketujuh, meningkatkan product quality, services, dan safety.
"Strategi pengelolaan organisasi yang saya sebutkan di atas tentunya harus dilakukan oleh people management yang mumpuni, berakhlak, mempunyai integritas tinggi, dan mampu mengedepankan kepentingan untuk memajukan perusahaan tentunya dengan dukungan dari pemerintah dan juga internal stakeholder, yaitu karyawan," ucapnya.
Kemudian terkait berita adanya penawaran pensiun dini bagi karyawan, menurutnya hal tersebut sangat perlu untuk dikaji ulang, selain cashflow perusahaan sedang tidak baik, sebagai pengusaha menurutnya harus menganggap SDM sebagai capital atau asset.