Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pasar modal Hans Kwee menyebut, kenaikan kasus Covid-19 di seluruh dunia disebabkan oleh varian delta yang sangat menular membebani sentimen investor.
Dia mengungkapkan, beberapa negara besar Eropa dipaksa untuk menerapkan kembali pembatasan sosial.
"Sementara, Inggris berspekulasi dengan menghapus lapisan pengaman terakhirnya mulai Senin pekan depan. Inggris melaporkan 51.870 kasus virus corona baru pada hari Jumat, menandai pertama kalinya sejak pertengahan Januari bahwa infeksi harian telah meningkat di atas 50.000," ujar Hans Kwee melalui risetnya, Minggu (18/7/2021).
Kemudian, otoritas Los Angeles mengatakan akan menerapkan kembali kewajiban memakai masker pada akhir pekan ini.
Sebelumnya, kata Hans, pejabat kesehatan masyarakat mengatakan kasus virus Covid-19 Amerika Serikat (AS) telah naik 70 persen dari pekan sebelumnya, dengan kematian naik 26 persen.
Baca juga: Indonesia Negara Tertinggi ke-2 di Dunia untuk Persentase Kasus Covid-19 Varian Delta, Lampaui India
Peningkatan kasus Covid-19 telah memaksa banyak negara melakukan penguncian yang menjadi sentimen negatif pemulihan ekonomi.
Di sisi lain, dia menambahkan, 18 emiten konstituen indeks S&P 500 sudah merilis laporan keuangannya yang solid, di mana rata-rata laba bersih per sahamnya 18 persen lebih tinggi dari perkiraan analis.
Namun, secara rata-rata harga sahamnya justru mengalami penurunan minus 0,58 persen setelah melaporkan kinerjanya tersebut akibat adanya aksi ambil untung investor.
"Berdasarkan data IBES dari Refinitiv, analis secara rata-rata memperkirakan pertumbuhan laba per saham emiten S&P 500 akan naik 72 persen. Angka ini naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 66 persen," kata Hans.