News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penjualan Bersih Unilever Rp 20,2 Triliun di Tengah Pembatasan Aktivitas Masyarakat

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Optimisme di tengah pengendalian pandemi covid-19 dalam mendukung kinerja perekonomian terus di genjot pemerintah.

Meskipun dengan adanya kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat yang diberlakukan saat ini, proyeksi pertumbuhan dari sejumlah lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF dan OECD untuk tahun 2021 masih memberikan pandangan optimis dan menempatkan pertumbuhan ekonomi kita dari 4,3% menjadi 4,9% dan dari 5,0% menjadi 5,8% pada tahun 2022.

Baca juga: Kolaborasi Unilever dan Shopee Ajak Konsumen Jalankan Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Harapannya, keseimbangan pemulihan kesehatan dapat berjalan beriring dengan giat perekonomian.

Baca juga: Jokowi Tinjau Vaksinasi Gotong Royong, Unilever Jadi Penerima Pertama Tahap 1

Meski berjibaku diterpa pandemi, PT Unilever Indonesia Tbk, (Unilever) pada kuartal ke-2 tahun 2021 (tidak diaudit) berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp20,2 triliun dan laba bersih sebesar Rp3 triliun ditopang dengan kontribusi positif dari kategori produk makanan.

Baca juga: Kuartal I 2021, Emiten FMCG Unilever Bukukan Laba Rp 1,7 Triliun

Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk, memilih untuk fokus pada masa depan, dan menjelaskan bahwa untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut Perseroan memiliki strategi yang menyeimbangkan keberlangsungan bisnis jangka pendek dan jangka panjang.

“Pertumbuhan pasar FMCG belum sepenuhnya pulih karena pandemi Covid-19 menyebabkan konsumen masih berhati-hati dalam memilih pola konsumsi di beberapa kategori dasar," ungkap Ora.

"Berbagai tantangan tersebut tentunya mempengaruhi tingkat pertumbuhan dari Perseroan. Kondisi ini masih ditambah dengan kenaikan harga komoditas yang mulai mempengaruhi biaya produk,” jelas Ira.

Ira menjelaskan, strategi jangka pendek dan jangka panjang memiliki esensi yang sama karena perubahan pasar yang sangat dinamis.

“Keduanya sama penting dan kami manifestasikan menjadi lima strategi prioritas Perseroan," ungkapnya.

Yaitu mendorong pertumbuhan pasar melalui stimulasi konsumsi konsumen; memperluas dan memperkaya portfolio ke value dan premium segment; memperkuat kepemimpinan dalam inovasi dan future channel; penerapan E-Everything di semua lini termasuk penjualan, operasional, dan penggunaan data; Menjadi yang terdepan dalam penerapan bisnis yang berkelanjutan.

Menyikapi kinerja semester 1 - 2021, Unilever digadang-gadang akan memfokuskan ekspansi pada kategori produk kecantikan dan perawatan diri, didukung produk kategori rumah tangga khususnya untuk kelompok konsumen premium.

Ditambah upaya integrasi riset dan teknologi agar lebih agresif demi menjawab kebutuhan konsumen secara berkelanjutan.

Selain itu, tekanan daya beli konsumen dijawab dengan strategi harga terjangkau pada portofolio unggulan seperti Kecap Bango.

Analis pasar modal sekaligus ekonom dari LBP Institute Lucky Bayu Purnomo menilai, kinerja yang masih cukup positif yang diraih Unilever yang mewakili pemimpin pasar FMCG kuncinya ada pada tiga hal yakni produksi, konsumsi, dan distribusi. Jika tiga hal tersebut mampu dijaga, maka secara kinerja akan bisa terus tumbuh positif.

Sektor FMCG masuk kelompok prioritas, berdaya tahan, karena hampir semua produknya sudah jadi kebutuhan masyarakat yang digunakan sehari-hari.

Tiga hal itu menjadi dasar kenapa mayoritas perusahaan consumer goods tetap tumbuh, mengalami kenaikan, karena harganya terjangkau.

"Seperti Unilever dan lainnya. Produk FMCG tetap dibutuhkan masyarakat dan tetap dikonsumsi, apalagi jika disesuaikan daya beli konsumen, alias terjangkau," jelas Lucky saat dihubungi media, Kamis (22/7/2021).

Unilever sendiri masih secara meyakinkan memimpin pada 12 kategori industri FMCG, hal ini menunjukan resiliensi perusahaan yang telah 87 tahun beroperasi di Indonesia dalam menjawab berbagai aspirasi konsumen secara cepat.

Dalam waktu dekat, Unilever menjanjikan adanya peluncuran produk premium untuk kategori bayi melalui merek Dove dan produk untuk pasta gigi sensitif sebagai jawaban atas kebutuhan keluarga Indonesia berdasarkan riset selama lebih dari 10 tahun bersama pakar-pakar kesehatan kelas dunia.

"Meski paruh pertama 2021 masih penuh tantangan, kami optimis dengan strategi perseroan untuk menjalankan bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan secara jangka panjang. Kami juga percaya, bersama kita akan melewati masa sulit ini dan perekonomian Indonesia akan kembali bangkit", tambah Ira.

Pada sarasehan dengan pelaku usaha kemarin (21/7/2021) Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa peran sektor swasta sangat penting selama pandemi, misalnya menciptakan banyak peluang bisnis dan memunculkan model bisnis baru.

Dalam kesempatan tersebut Menko Airlangga mengapresiasi dan menyambut baik masukan dari pelaku usaha kepada Pemerintah untuk memperbaiki lingkungan ekonomi dan bisnis.

Menko Perekonomian menjamin pemerintah akan mempertimbangkan rekomendasi yang diberikan para pelaku usaha sebagai dukungan Pemerintah pada sektor swasta

"Dalam upaya pemulihan ekonomi untuk sektor swasta, Pemerintah selalu memastikan bahwa mekanisme dukungan untuk membantu bisnis swasta akan tetap ada, terutama selama masa-masa pandemi yang penuh tantangan" tutup Airlangga.

Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Fokus garap kelompok konsumen premium, Unilever (UNVR) raup laba Rp 3 triliun

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini