Untuk menyikapi hal tersebut, perusahaan telah menyusun strategi untuk meningkatkan dana kelolaan melalui reksa dana open end termasuk reksa dana pasar uang.
Jika setahun sebelumnya komposisi produk reksa dana open end dan terproteksi 45 persen : 55 persen, maka kini komposisi tersebut menjadi 61 persen : 39 persen dengan peningkatan 5 persen YoY.
"Kami juga melihat tren investasi digital membuat akses berinvestasi lebih mudah dan sekaligus terjangkau. Hal inilah yang mendorong kami secara konsisten berupaya meningkatkan kerjasama melalui mitra distribusi termasuk melalui InvestASIK, platform investasi yang kami kembangkan,” papar Marsangap.
DIM optimis, dengan segala tantangan di kondisi pandemi, beberapa jenis reksa dana tetap dapat bertumbuh.
Hal ini tentu saja kembali dengan karakteristik produk reksa dana sesuai dengan kondisi perekonomian.
Selain itu, DIM memandang perlunya kesinambungan kegiatan edukasi dan inklusi keuangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Optimalisasi kanal pemasaran digital akan berperanan besar sebagai katalis informasi.
Keuangan inklusif bertujuan agar setiap anggota masyarakat memiliki akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, lancar, dan aman, dengan biaya terjangkau.
Ini merupakan upaya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam peluncuran hasil survei nasional keuangan inklusif 2020, Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif menyampaikan bahwa 81,4 persen orang dewasa pernah menggunakan produk atau layanan lembaga keuangan formal.
Angka tersebut meningkat 78,8 persen dari tahun 2018. Sementara itu 61,7 persen orang dewasa telah memiliki akun.
Angka ini juga meningkat 55,7 persen dari tahun 2018. Peningkatan akses layanan keuangan formal serta peningkatan produk dan layanan keuangan digital menjadi beberapa usulan program kerja keuangan inklusif.
“Masyarakat kita memiliki potensi besar sebagai masyarakat investor.
Per Juni 2021, jumlah investor reksa dana sebesar 4,4 juta atau naik sekitar 55 persen YTD. Benar adanya preferensi kepada aset yang bersifat low risk, namun adanya hasil survei inklusi keuangan juga memperlihatkan, bahwa ternyata pada tahun 2020 di tengah kondisi pandemi, tingkat inklusi keuangan meningkat. Ini semua tentunya saling berkaitan satu sama lain.