TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dilanjutkan sampai waktu tertentu atau disudahi, jelas sektor usaha terpukul, aktivitas ekonomi dipaksa berjalan pelan sambil membenahi sisi kesehatan.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah tak menampik perpanjangan PPKM akan memberi dampak serius bagi perekonomian RI.
Menurutnya, arah kebijakan pemerintah masih mengutamakan penanggulangan pandemi sehingga PPKM belum akan berakhir.
"PPKM akan dilanjutkan sesuai kondisi di masing-masing daerah. Misalnya untuk DKI Jakarta yang mengalami penurunan kasus cukup signifikan bisa saja turun dari level 4 menjadi level 3," urai Piter, Senin (2/8).
Baca juga: Mantan Karyawan Giant Bisa Kerja di IKEA, Guardian dan Hero Supermarket
Dosen Perbanas ini menegaskan bahwa PPKM tetap harus diterapkan agar aspek kesehatan tetap terkendali.
Namun kegiataan masyarakat dilonggarkan sehingga dapat kembali menggerakan roda ekonomi.
"Upaya menanggulangi pandemi tidak boleh kendor. Kita tidak boleh lengah sehingga kasusnya naik lagi," kata Piter.
Dia menyatakan konsekuensi perpanjangan PPKM menjadi tugas bersama, tidak bisa pemerintah yang sepenuhnya menanggung.
Tetapi pemerintah juga harus meningkatkan kecepatan dan ketepatan bantuan kepada masyarakat maupun dunia usaha.
"Tinggal bagaimana pemerintah mengurangi dampak negatif tersebut. Dan yang perlu dicatat bahwa kita sudah keluar dari resesi ekonomi," tuturnya.
Baca juga: Pesan Menkes ke Pasien yang Isoman di Rumah: Pantau Terus Saturasi Oksigen
Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan peluang perpanjangan PPKM telah membuat IHSG dan pembukaan rupiah mengalami tekanan.
Ariston mengurai penurunan kasus dibandingkan awal PPKM darurat sejatinya belum turun, sehingga hal ini lah yang membuat kekhawatiran pasar.
"Laju rupiah memang mendapatkan tekanan dari Covid-19 dan PPKM yang berlangsung di Indonesia tapi di sisi lain rupiah juga mendapatkan angin segar dari sentimen risk appetite pelaku pasar global belakangan ini sehingga tekanan terhadap rupiah mereda," ujar dia saat dihubungi.
Tingkat BOR Pasien Covid-19 Turun
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuahkan hasil dalam menekan laju penularan Covid-19, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) tercatat turun di akhir Juli 2021.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyatakan PPKM berhasil menurunkan BOR di sejumlah rumah sakit.
"Saya tadi pagi juga sudah ngecek di wisma atlet misalnya yang dulu sudah hampir 90 persen pagi tadi saya cek angka keterisian dari tempat tidur di angka 38 persen," kata kata Jokowi saat memberikan Bantuan Produktif Usaha Mikro dan Kecil di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, (30/7) lalu.
Baca juga: PPKM Diperpanjang, Dokumen Perjalanan Masih Jadi Syarat Naik KRL
Jokowi menyebut turunnya BOR tersebut bukan hanya di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta.
Menurut dia hampir seluruh BOR rumah sakit daerah pulau Jawa turun.
Namun demikian justru rumah sakit daerah di luar pulau Jawa kini yang mengalami kenaikan.
"Tetapi yang di luar Jawa gantian, naik. Inilah memang varian delta ini penularannya sangat cepat sekali," katanya.
Baca juga: Diperiksa Lebih dari 24 Jam, Bagaimana Status Pengendara Moge Terlibat Tabrakan Maut di Serpong ?
Sebelumnya Kepala Negara berjanji apabila kasus Covid-19 terkendali maka kegiatan di sejumlah sektor akan dibuka secara bertahap.
Apabila menilik kondisi Pandemi Covid-19 dalam sepekan terakhir, penambahan kasus Covid-19 tidak terlalu jauh berbeda dengan pekan sebelumnya yakni di bawah 50 ribu kasus.
Penambahan kasus Covid-19 terendah dalam sepekan terakhir terjadi pada 26 Juli 2021 dengan 28.228 kasus, sebelum kemudian meningkat lagi di atas 40 ribuan kasus. (tribun network/reynas)