Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak masuknya PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ke dalam Holding BUMN Aviasi dinilai karena persoalan keuangan perseroan.
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono mengatakan, tidak masuknya Garuda ke holding aviasi mungkin saja dengan alasan tertentu, di antaranya utang besar.
"Karena Garuda kan punya utang hampir Rp 70 triliun. Nah, kalau default, holding harus bertanggung jawab juga," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, belum lama ini.
Sementara, penunjukan anak usaha yakni Citilink sebagai bagian Holding BUMN Aviasi dinilai tepat karena dari sisi keuangan tidak berat dan ada di bisnis maskapai berbiaya rendah.
Poyuono menjelaskan, banyak langkah efisiensi harus dilakukan Garuda, misalnya adalah terkait penerbangan berjadwal.
Baca juga: Jumlah Komisaris Garuda Indonesia Berkurang untuk Efisiensi, Ini Kata Pengamat
"Mau penuh tidak penuh harus terbang, mungkin bisa bikin code sharing dengan penerbangan lainnya yang sama jadwal dan tujuan. Jika penumpang tidak penuh dialihkan ke airlines lainnya, sehingga tidak rugi," katanya.
Adapun, target untuk bisa kembali mencetak laba menurutnya sangat berat terwujud di tahun ini akibat dampak pandemi.
"BEP (break even point) saja sudah syukur karena memang pasar lagi menurun banget akibat pandemi Covid-19," kata Poyuono.