News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

HUT Kemerdekaan RI

Refleksi Pembangunan Sektor Manufaktur Indonesia Setelah 76 Tahun Merdeka Versi Menperin

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas perakitan mobil di pabrik Mercedes-Benz di Bogor, Selasa (11/12/2018). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

Perang dagang antara AS-China menciptakan efek berantai di mana setiap negara meningkatkan proteksi perdagangan, sehingga tercipta kembali high cost economy dalam sistem perdagangan dunia. Di samping itu, sisi supply juga terganggu.

Tiongkok sebagai penguasa pasar ekspor dunia berusaha mencari pasar baru untuk produk barang dan jasa mereka yang tidak bisa masuk ke AS.

Meluapnya pasokan menekan sektor industri manufaktur di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dari segi keuangan, para investor melakukan aksi wait and see, sehingga berdampak pada ketidakpastian dan kelesuan. 

Pandemi Covid-19 memberikan tekanan hebat kepada sektor industri dari dua sisi, sisi supply dan sisi demand.

Sisi supply terganggu akibat terhambatnya rantai pasok global (supply shock).

Sementara sisi demand terganggu utamanya akibat menurunnya daya beli masyarakat. Banyak industri manufaktur yang memutuskan mengurangi utilitas -bahkan menghentikan- produksinya.

"Pelambatan pertumbuhan industri manufaktur sebagaimana dipaparkan di atas membuat beberapa kalangan berpendapat bahwa sedang terjadi -atau setidaknya sudah ada gejala- deindustrialisasi di Indonesia," ujarnya.

"Suatu negara dapat dikatakan mengalami deindustrialisasi manakala terjadi pertumbuhan negatif secara berturut-turut dalam kurun waktu yang cukup lama. Realitanya, sektor industri pengolahan di Indonesia selalu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan selalu menjadi motor penggerak perekonomian nasional," ujar Menperin

Pertumbuhan negatif hanya terjadi sebanyak dua kali -akibat kejadian luar biasa-, yaitu minus 11,5 persen akibat dampak krisis 1997 dan minus 2,93 persen pada tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19.

Meski demikian, pada tahun berikutnya sektor industri pengolahan kembali tumbuh positif.

Di Triwulan II Tahun 2021 pertumbuhan industri manufaktur rebound ke level positif di angka 6,91 persen.

Di samping itu, angka absolut kontribusi sektor industri pengolahan dalam PDB secara umum meningkat meski secara persentasenya terhadap PDB menurun. 

"Ini sejalan dengan kontribusi ekspor sektor industri manufaktur dalam ekspor nasional dan nilai investasi di sektor industri manufaktur yang selalu meningkat dari tahun ke tahun," ungkap Agus.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini