Ia mencontohkan, ada pelanggan Dagangan dari Jawa Tengah ketika ke pasar basah hanya memegang Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta untuk memenuhi kebutuhan 2 hari. Pelanggan tersebut menempuh perjalanan naik motor untuk mencapai lokasi pasar di atas gunung.
Saat pergi, ia tidak mendapat penghasilan lantaran tokonya harus tutup.
Terinspirasi dari masalah tersebut, Wilson pun menelusuri masalah dan kesulitan yang dialami oleh pelanggan tersebut.
Menebar manfaat hingga ke luar daerah
Perjalanan panjang membangun Dagangan dilakukan oleh Wilson dari daerah ke daerah, bermula dari Jawa Tengah.
Pada proses tersebut, Wilson menemukan berbagai perbedaan yang terjadi di tiap daerahnya.
"Ternyata ketika beda kota itu, cara kerja mereka beda, kemauannya beda, bahkan prioritas mereka beda semua. Melalui hal ini kita ingin mengembangkan desa lewat platform ini, " ucapnya.
Layaknya sebuah bisnis aplikasi atau startup, Wilson berhasil membuat suatu platform dengan mengawinkan teknologi menjadi sebuah produk.
Dagangan menyelesaikan masalah dengan menyediakan harga barang yang tidak beda jauh, sehingga para pelanggan atau reseller tidak perlu mengeluarkan uang bensin, namun tetap bisa berjualan.
"Dagangan ini baru dan kita harus mengajarkan orang-orang untuk cara menggunakannya, memperkenalkan aplikasi ini dan menghadirkan kualitas yang bagus supaya tumbuh kepercayaan di masyarakat," ucapnya.
Dalam mengembangkan aplikasinya, Wilson kerap kali meminta feedback dari pelanggan dan reseller-nya untuk mengetahui apa saja yang mereka butuhkan.
Meski harus melewati jalan terjal di awal, saat ini Dagangan berhasil membantu kebutuhan desa yang masuk ke 15 daerah diantaranya Daerah Istimewa Yogyakarta (Sleman, Wates, Sewon), Jawa Tengah (Magelang, Kendal, Temanggung, Grabag, Salatiga, Ambarawa, Parakan, Pekalongan, Solo, Tegal, Klaten), dan Kabupaten Bandung.