TRIBUNNEWS.COM - Mengatur atau manajemen keuangan merupakan hal penting bisa dilakukan oleh masing-masing orang.
Terutama saat kondisi pandemi Covid-19, masyarakat diharapkan bisa mengatur keuangan dengan baik dan bijak.
Selain itu, masyarakat juga bisa membuat perencanaan keuangan setiap bulannya.
Hal tersebut, dilakukan agar masyarakat mampu membedakan antara kebutuhan serta keinginan.
Dengan melakukan perencanaan keuangan yang tepat, setidaknya mengurangi kemungkinan tidak stabilnya ekonomi masyarakat.
Baca juga: Penting Buat Pelaku Usaha, Ini Cara Memisahkan Keuangan Bisnis dengan Pribadi
Baca juga: Payfazz Perluas Pasar untuk Genjot Inklusi Keuangan
Dikutip dari website resmi Kemenkeu, untuk menyiasati agar isi keuangan tetap sehat selama pandemi virus corona Covid-19, berikut beberapa tipsnya:
1. Proaktif
Sangat penting untuk menjadi pribadi yang proaktif.
Seseorang harus rajin dalam mencari diskon atau potongan harga saat akan berbelanja, hal itu supaya bisa mengurangi pengeluaran.
Masyarakat harus bisa meluangkan waktu untuk mencari diskon secara online setiap harinya.
Kemudian masyarakat diharapkan mampu membandingkan harga.
Hal-hal seperti pembayaran otomatis, bundling juga dapat menghemat banyak uang.
Dalam keadaan darurat, Anda dapat menggunakan kartu kredit dengan bijak.
Tetapi pastikan tidak lupa bahwa setiap kali memakai kartu kredit, itu akan menjadi utang yang harus dibayar nanti.
Maka selalu pastikan untuk memahami apa yang dihadapi sebelum melakukannya.
2. Pengeluaran prioritas
Memprioritaskan pengeluaran sangat penting.
Masyarakat harus mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Hal pertama yang bisa dilakukan yaitu membuat daftar pengeluaran.
Pertama, tentukan apa yang paling penting, lalu putuskan sesuatu yang perlu dihilangkan.
Kemudian temukan solusi kreatif untuk pengeluaran opsional lainnya.
3. Jangan panik
Masyarakat harus bisa berfikir secara logis mengenai masalah keuangan.
Dengan adanya aturan jaga jarak sosial bisa sangat mendorong untuk melakukan aksi memborong belanjaan atau panic buying.
Seperti diketahui, panic buying adalah tindakan membeli barang dalam jumlah besar untuk mengantisipasi suatu bencana atau untuk mengantisipasi kenaikan maupun penurunan harga.
Jika membutuhkan sesuatu atau ingin memiliki sesuatu di rumah untuk berjaga-jaga, tidak apa-apa.
Hal-hal seperti obat-obatan, stok makanan bisa disimpan selama satu atau dua minggu di rumah.
Akan tetapi, masyarakat harus mengetahui apakah barang yang dibutuhkan masih tersedia di toko atau tidak.
4. Berhemat
Selama work from home (WFH) masyarakat masih perlu melakukan transaksi harian dan bulanan seperti pembelian barang kebutuhan sehari-hari secara online.
Di masa yang tidak stabil ini, masyarakat diharapkan untuk bisa lebih bijak dalam bertransaksi termasuk mengelola keuangan dengan baik.
“Salah satu pengeluaran sehari-hari yang dapat ditekan misalnya biaya transfer antar bank atau top up e-wallet.
Apabila sehari bertransaksi hingga 5 kali dan per transaksi dikenakan biaya hingga Rp6.500 berapa banyak pemborosan yang terjadi?
Apalagi kita akan sering melakukan pembelian online dan perlu melakukan top-up e-wallet atau e-money.
Baca juga: Tak Boleh Dilewatkan, Ini Tips Merencanakan Keuangan sebelum Perempuan Menikah
(Tribunnews.com/Arkan)