TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan di pasar uang, Jumat (22/10/2021) pagi.
Sebelumnya, Kamis (21/10/2021) uang Garuda juga turun turun 0,33 persen menjadi sebesar Rp 14.123 per dolar Amerika
Pelemahan ini menjadikan rupiah sebagai mata uang yang terperosok paling dalam terhadap dolar AS.
Rupiah menjadi mata uang Asia yang merosot paling dalam terhadap dolar AS kemarin.
Sementara kurs referensi JISDOR kemarin berada di level Rp 14.133 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Bersama Banyak Mata Uang Asia Lainnya
Posisi tersebut melemah 0,38 persen dibanding penutupan sehari sebelumnya.
Nilai tukar rupiah diproyeksi lanjutkan pelemahan pada perdagangan hari ini (22/10).
Para analis melihat, sentimen eksternal masih jadi faktor utama yang menekan pergerakan rupiah.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menyebut, sentimen eksternal yang lebih kuat akan memicu tren negatif bagi rupiah berlanjut pada hari ini.
Baca juga: Berikut Kurs Dollar Hari Ini di Bank Mandiri, BRI, BNI dan BCA, Cek Sebelum Lepas Rupiah
“Pasar kemungkinan akan terus mencermati mengenai kekhawatiran mengenai krisis energi, yang bisa memicu kekhawatiran inflasi.
Hal ini berpotensi mempercepat Federal Reserve (The Fed) untuk melakukan tapering yang tentunya bisa jadi sentimen negatif buat rupiah,” kata Alwi ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (21/10/2021).
Sebenarnya Alwi melihat, sentimen dari dalam negeri sebenarnya masih positif seiring membaiknya data-data ekonomi telah memacu arus dana asing masuk ke pasar dalam negeri.
Selain itu, turunnya kasus Covid-19 dan DKI Jakarta sudah turun menjadi PPKM level 2 juga turut jadi sentimen positif.
Baca juga: Nggak Hanya IHSG, Kurs Rupiah Pagi Ini Juga Dibuka Menguat Tajam
Hanya saja, rupiah sudah menguat cukup tajam sebelum libur kemarin serta sentimen eksternal yang berpotensi lebih dominan membuatnya melihat rupiah akan melemah.