Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Ekonomi Kreatif (2015-2019), Triawan Munaf menjelaskan, pentingnya industri e-commerce menerapkan strategi omnichannel.
Menurutnya, strategi omnichannel sangat tepat diterapkan di masa pandemi maupun seterusnya.
“Brand membutuhkan sebuah strategi yang mengintegrasikan sumber daya offline dan online mereka,” ucap Triawan, Rabu (27/10/2021).
Strategi ini, kata Triawan, sudah paripurna.
Baca juga: Persaingan Makin Sengit di 2021, Siapa Jawara e-Commerce Nomor 1 Indonesia?
Omnichannel menggabungkan kanal online dan offline mulai dari pembayaran, touch point penjualan, investaris, logistik dan pengiriman, ERP, dan pelanggan.
“Konsumen di Asia Tenggara mulai menuntut adanya pengalaman berbelanja yang seamless di setiap platform,” tutur Triawan.
Ia juga menjelaskan, bahwa pada tahun 2022 diprediksi e-commerce di Indonesia akan bergerak bersama-sama (hand-in-hand) dengan toko offline.
Akses untuk berbelanja online pun akan terdistribusi dengan lebih merata dari daerah Jawa maupun luar Jawa.
Baca juga: Survei MarkPlus Ungkap Enam E-Commerce Paling Mendukung Produk Lokal
“Tidak dipungkiri, masa depan retail di Indonesia akan menjadi sebuah gabungan antara kanal belanja online dan offline,” lanjut Komisaris Sirclo tersebut.
Sementara Head of Katadata Insight Center (KIC) Adek Media Roza mengatakan, e-commerce di Indonesia diproyeksikan masih terus bertumbuh hingga 21 persen di tahun 2025.
Riset mengungkap, umumnya produk yang paling dicari dan dibeli adalah fesyen dan aksesoris.
Untuk kanal dan promo belanja preferensi konsumen yaitu marketplace sejumlah 85,6 persen dan diikuti dengan social commerce dan website brand.
Promo menjadi alasan utama konsumen menggunakan marketplace.
“Strategi omnichannel membantu brand meningkatkan penjualan dan menjangkau konsumen yang lebih luas dan beragam,” tuturnya.