Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Koordinator Generasisawit.id Luthfi Harisma mengatakan, sektor kelapa sawit terbukti mampu bertahan di masa sulit pandemi Covid-19.
Dia menjelaskan, kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) hingga di atas 5.000 ringgit per ton mendorong aktivitas ekonomi di sektor ini.
"Hasil devisa ekspor sawit mampu mencapai Rp 300 triliun per tahun (2020), menyerap tenaga kerja, dan petani hingga 16 juta orang," ujarnya, Jumat (29/10/2021).
Baca juga: Pelaku Pasar Cermati Rencana IPO Nusantara Sawit Sejahtera
Melihat besarnya kontribusi itu, Luthfi khawatir narasi negatif terhadap sawit beresiko buruk bagi perkembangan ekonomi nasional dan daerah.
Selain itu, stigma negatif sawit bisa dimanfaatkan oleh negara-negara kompetitor Indonesia dalam persaingan minyak nabati dunia.
Contohnya isu deforestasi, dinilainya telah digunakan di luar negeri yakni Uni Eropa untuk menghambat ekspor sawit ke wilayah mereka.
Marak juga penggunaan label “no palm oil” pada produk-produk konsumsi di wilayah tersebut dengan alasan sawit berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan.
"Sayangnya, isu-isu tersebut justru bersumber dan digaungkan oleh bangsa kita sendiri juga” kata Luthfi.
Baca juga: Punya Nilai Ekonomi Rp 750 Triliun, Kemenperin Fokus Hilirisasi Industri Sawit
Untuk itu, dirinya mengajak generasi muda agar satu suara dalam memberikan edukasi serta literasi bagi masyarakat berdasarkan fakta, dan data benar tentang sawit.
"Ini sebagai upaya mempertahankan sawit sebagai komoditas strategis, sehingga dapat terus berkontribusi bagi kemajuan Indonesia dan peningkatan kesejahteraan," pungkasnya.