TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Siloam Internasional Hospitals Tbk (SILO) dan PT Link Net Tbk (LINK) dinilai konsisten menerapkan prinsip ekonomi berkelanjutan yang meliputi aspek Enviromental, Social, Governance atau ESG.
Sejalan dengan itu, kinerja dua anak usaha Lippo Group itupun memetik pertumbuhan positif.
Penerapan ESG inipun menjadi perhatian utama Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady.
Menurutnya, orientasi masa depan konglomerasi tersebut tidak sekadar mengejar profit, namun juga berkomitmen menghadirkan konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Baca juga: CEO Lippo Karawaci John Riady: Pasar Properti Indonesia Sedang Rebound
“Kami berkomitmen menerapkan ESG, karena konsep ini jauh lebih luas dan sangat berkaitan imbasnya dibandingkan konsep yang selama ini dikenal sebagai CSR,” kata John.
Sebagaimana dicatat riset Ciptadana Sekuritas Asia, SILO telah menjalankan prinsip ESG. Pada aspek lingkungan, SILO telah menginvestasikan dana untuk pengelolaan isu lingkungan mulai dari konstruksi fasilitas kesehatan hingga penanganan limbah medis.
Dari aspek sosial, SILO membangun hubungan dengan berbagai komunitas lokal untuk meningkatkan kepedulian dan pengetahuan tentang kesehatan. Pada 2019, SILO telah menyelenggarakan 800 kegiatan terkait melalui seluruh jaringan rumah sakit. Dalam penangan Covid-19, 4 rumah sakit jaringan ikut membantu penanganan pasien, serta telah mendonasikan sekitar Rp30 miliar bantuan penanganan Covid-19 pada 2021.
Baca juga: Lahan yang Disita Pemerintah di Karawaci Bukan Milik Lippo dan Tidak Terkait BLBI
Terkait aspek tata kelola, SILO kini melibatkan peran wanita dalam jajaran direksi dan komisaris. Hal ini terkait isu kesadaran gender.
Siloam Hospitals (SILO) menunjukkan kinerja yang sangat positif sepanjang tiga kuartal pada tahun ini. Hal itu terbukti dari kinerja perusahaan yang mengemas laba bersih sebesar Rp 532 miliar pada periode Januari-September tahun ini, dibandingkan rugi bersih Rp 49 miliar pada periode sama tahun lalu.
“Bahkan, kinerja itu di atas perkiraan kami,” ujar Analis Ciptadana Sekuritas Asia Robert Siahaan.
Sepanjang tiga kuartal tahun ini, pendapatan SILO mengalami peningkatan 46,7 persen YoY menjadi Rp 5,9 triliun. Sedangkan laba kotor meningkat 75,4 persen menjadi Rp 2,7 triliun, seiring peningkatan yang terkendali dari COGS.
Di lain sisi, perbandingan antar kuartal (QoQ), kinerja SILO terjadi peningkatan kinerja keuangan, antara lain pendapatan tumbuh 9,4 persen selama kuartal III 2021 dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi Rp 2,1 miliar.
Namun demikian, dari sisi operasional SILO mengalami penurunan yang berkaitan dengan pembatasan mobilitas selama Covid-19. Secara QoQ, operasional SILO mengalami penurunan pasien rawat inap dan kunjungan sebesar masing-masing 13,2 persen dan 3,9 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa SILO dapat mempertahankan kinerja keuangan di tengah penurunan operasional. Menurut riset tersebut, SILO mendapatkan pendapatan jauh lebih besar dari penanganan operasi dan penyakit serius selama periode kuartal III 2021.
Baca juga: Para Pemegang Saham Lippo Karawaci Menyetujui Seluruh Agenda RUPST
SILO pun masih menunjukkan kinerja prospektif pada tahun depan. Riset Ciptadana memperkirakan akan terjadi pertumbuhan dari operasional dan kinerja finansial, tingkat rawat inap dan kunjungan pasien akan bertumbuh 10 persen dan 5 persen.
Sejalan dengan itu, laba kotor pada tahun depan diperkirakan akan tumbuh 9,3 persen menjadi Rp 3,7 triliun, sehingga laba bersih pun ikut terkerek menjadi Rp 802 miliar, atau diperkirakan meningkat 28,9 persen dari kinerja tahun ini.