News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemerintah Diminta Lakukan Ini Supaya RI Tidak Kena Dampak Inflasi di China

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Perekonomian China telah pulih dengan kuat dari kemerosotan virus corona tahun lalu. Namun China kehilangan tenaga karena harga bahan baku yang tinggi, pembatasan properti yang lebih ketat dan kampanye untuk mengurangi emisi karbon.

Pejabat NBS Dong Lijuan menjelaskan industri batu bara, bahan kimia, dan logam mendorong sebagian besar kenaikan harga pada Agustus 2021 lalu. Harga di sektor pertambangan dan pencucian batubara bahkan tumbuh 57,1% yoy.

Ekonom senior China di Capital Economics Julian Evans-Pritchard memperkirakan, harga batu bara dan logam kemungkinan akan turun kembali karena penurunan aktivitas konstruksi di tengah pembatasan pada sektor properti dan perlambatan pertumbuhan kredit.

Baca juga: BPS: Inflasi Agustus 0,03 Persen, Uang Sekolah Jadi Pendorong

"Dan basis perbandingan yang lebih tinggi menjelang akhir tahun lalu juga akan menurunkan inflasi secara keseluruhan. Kami ragu inflasi harga produsen akan naik lebih jauh," katanya dikutip Kontan.co.id.

Secara terpisah, NBS juga menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) naik 0,8% yoy pada Agustus 2021.

Nilai lebih rendah dari jejak pendapat Reuters sebesar 1,0% dan di bawah target pemerintah sekitar 3% tahun ini.

Namun indeks harga konsumen inti, yang menghapus harga makanan dan energi yang bergejolak tumbuh 1,2% yoy. Turun dari kenaikan 1,3% pada Juli lalu.

China memperketat pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran corona, termasuk pembatasan perjalanan yang menghambat permintaan sektor jasa.

Meskipun Beijing telah berupaya menahan wabah virus corona terbaru.

Di tengah kondisi tersebut, penurunan harga tiket pesawat, perjalanan dan kamar hotel karena pandemi memperlambat inflasi konsumen setiap bulan.

Berdasarkan survei, aktivitas sektor jasa jatuh pada Agustus ke level terendah sejak gelombang pertama pandemi pada April 2020. Ini terjadi karena pembatasan sosial yang mengancam pemulihan ekonomi.

Waspada

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati beberapa hari lalu menyebut, meroketnya kenaikan harga atau inflasi di AS, China dan negara-negara di Eropa membuat banyak negara harus mewaspadai situasi perekonomian AS.

Pasalnya, ini bisa melahirkan kebijakan yang berpotensi mengguncang seluruh dunia.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini