AS, sebut Sri Mulyani, saat ini sedang menghadapi inflasi tinggi yakni di atas 6%.
Itu adalah inflasi tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Kondisi ini akan menimbulkan implikasi atas kebijakan moneter dari Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Lonjakan inflasi AS juga akan mempengaruhi kebijakan fiskal negara tersebut.
"Mereka pasti akan dipaksa menginjak rem, kalau Amerika ngerem, seluruh dunia ikut terguncang," katanya dikutip dati Kontan.co.id.
Peningkatan inflasi hingga 6% di AS akan membuat negara tersebut melakukan pengetatan dari sisi moneter.
“Ini harus kita waspadai. Dengan inflasi 6% jauh di atas reference rate-nya inflasi Amerika yang harusnya 2%, ini pasti akan menimbulkan dampak yaitu pengetatan moneter tahun-tahun depan," ujarnya.
Apalagi, bukan hanya AS yang mengalami kenaikan harga alias inflasi, negara-negara Eropa seperti Jerman juga mengalami kenaikan inflasi karena gangguan pasokan (supply disruption).
Pun dengan China yang juga mengalami inflasi karena gangguan pasokan sebagai akibat sebaran virus corona varian Delta serta krisis energi.
"Jadi ini adalah lingkungan yang harus kita waspadai pada tahun depan ini, atau sampai akhir tahun ini hingga tahun depan pada saat kita harus menjaga pemulihan ekonomi dan menyehatkan kembali APBN," tambahnya. (Tribunnews.co,/Kontan.co.id)