TRIBUNNEWS.COM, SURAKARTA - Program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) memiliki dampak yang amat luas terhadap peningkatan pembangunan pertanian di Indonesia.
Sejak pertama kali digulirkan, IPDMIP berhasil memperbaiki ribuan titik irigasi di daerah-daerah. Termasuk di dalamnnya pengembangan kapasitas SDM petani.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, mengatakan bahwa IPDMIP merupakan upaya strategis yang mengembangkan orientasi baru, dimana pola pengembangan program didasarkan pada komponen-komponen utama pengembangan pertanian.
Yakni ketersediaan air, teknologi, rekomendasi teknis yang optimal, akses pembiayaan pertanian dan akses pasar dengan peningkatan nilai produk petani.
"Ini akan menjawab kebutuhan program peningkatan pembangunan pertanian sekaligus menjawab kebutuhan petani," ujar Dedi saat memberikan arahan pada acara Peningkatan Sinergitas, Monitoring, dan Evaluasi Kinerja Konsultan Regional Proyek IPDMIP di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (25/11/2021) malam.
Dedi memaparkan bahwa program pertanian saat ini difokuskan untuk mendorong terciptanya ketahanan pangan dan kedaulatan pangan yang harus dimulai dengan upaya peningkatan produktivitas dan indeks pertanaman.
Baca juga: Pelaku Pertanian di Jawa Tengah Diajak Perluas Jangkauan Pasar Lewat Digitalisasi
Di sisi lain, luas lahan pertanian sudah mulai sulit untuk diperluas, sehingga peningkatan produktivitas dan indeks pertanaman menjadi pilihan yang tepat untuk menjamin ketersediaan pangan di Indonesia, khususnya beras.
"Dengan produktivitas rata-rata nasional padi sekita 5,13 ton/ha, jagung 4,93 ton/ha dan kedelai 1,51 ton/ha dan indeks pertanaman secara nasional 140% (BBPPMBTPH, 2019), maka saat ini kita mempunyai pekerjaan rumah yang besar untuk mengejar target produktivitas yang optimal sesuai dengan potensi produksi setiap varietas dan program pencapaian IP 400," beber pejabat murah senyum tersebut.
Dedi memaparkan, IPDMIP diharapkan mampu menjadi bagian penting dalam pencapaian target program Kementerian Pertanian.
Oleh karena itu, diperlukan metode implementasi yang efektif di setiap tahapan kegiatan.
IPDMIP harus bisa memberikan kontribusi di 72 kabupaten lokasi proyek, melalui perluasan penerapan teknologi-teknologi yang meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pendapatan petani.
Untuk itu, konsultan regional IPDMIP harus mampu menghasilkan terobosan-terobosan baru di seluruh lokasi proyek, baik dalam pengembangan sistem pertanian di daerah irigasi, perbaikan atau peningkatan akses pasar, dan peningkatan akses pada layanan keuangan perdesaan, "Sehingga tujuan proyek dapat terwujud," jelas Dedi.
Dedi menjelaskan konsultan regional, baik tenaga ahli maupun koordinator kabupaten, harus mampu menyediakan bantuan dan dukungan yang efektif kepada semua unit pengelola proyek di tingkat provinsi dan kabupaten, bahkan sampai ke tingkat BPP, untuk merumuskan dan mengaplikasikan metode dan kegiatan, agar setiap kegiatan untuk semua komponen proyek dapat menghasilkan output yang konkret yang mendukung pencapaian tujuan proyek.
Baca juga: Kementan Beberkan Kontribusi Signifikan Sektor Pertanian Terhadap Ekonomi Nasional di Masa Pandemi
"Termasuk membantu unit pelaksana proyek di tingkat propinsi dan kabupaten dalam melakukan monitoring dan evaluasi secara regular, sehingga tindakan-tindakan korektif dan akseleratif bisa segera dilakukan bila dijumpai adanya hambatan ataupun permasalahan di lapangan dalam pelaksanaan kegiatan proyek," tambah Dedi.