Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memanfaatkan sisa proses pembuatan Monosodium Glutamat (MSG) untuk menghasilkan produk-produk samping (By Product) yang dapat digunakan kembali, PT Ajinomoto Indonesia berinovasi dengan membuat produk alternatif tambahan nutrisi pakan ternak, yaitu Fermented Mother Liquor (FML).
Produk ini merupakan bahan baku yang mengandung protein dan senyawa asam amino bebas tinggi untuk kemudian dicampurkan ke dalam pakan ternak.
Baca juga: Usai Kecelakaan, Bambang Soesatyo Mengaku Tetap Merasa Senang: Pengalaman Berkesan Tak Terlupakan
Factory Manager sekaligus Direktur PT Ajinomoto Indonesia Yudho Koesbandryo, mengatakan aktivitas pengolahan produk samping (By Product) sejalan dengan Ajinomoto Share Value (ASV) perusahaan, dimana PT Ajinomoto Indonesia mulai melakukan pengolahan yang dalam prosesnya mengacu pada Eco Activity dan Bio Cycle.
"Seperti yang kita ketahui, bahan baku utama produksi MSG adalah gula yang difermentasi, yaitu tetes tebu, tepung tapioka dan lain sebagainya. Dari proses produksi tersebut akan menghasilkan produk samping yang kemudian dapat diolah menjadi produk dan memiliki nilai jual (Co Product), dalam hal ini menghasilkan Fermented Mother Liquor (FML)," jelas Yudho melalui keterangan resmi, Kamis (2/12/2021).
FML merupakan cairan yang berasal dari hasil pengolahan produk samping (By Product) dari proses produksi Monosodium Glutamat (MSG).
Baca juga: Anggota Komisi I Sebut Revisi UU ITE Merupakan Respon Pemerintah terhadap Keresahan Masyarakat
Mengandung crude protein lebih dari 20 persen, FML bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan budi daya ternak sekaligus ikan.
Selain mempunyai kandungan utama protein, FML juga mengandung 3-5 persen asam amino dan mineral yang berkualitas tinggi.
Cairan FML ini berwarna coklat kehitaman, serta memiliki aroma khas yang dapat merangsang organ pencernaan untuk meningkatkan fungsi tertentu dan bermanfaat bagi tubuh hewan ternak, serta meningkatkan nafsu makan ternak sapi, unggas maupun ikan.
Pemberian FML pada ransum dapat meningkatkan laju pertumbuhan mikroba rumen sehingga akan meningkatkan proses cerna serat ransum dan pasokan asam amino yang dibutuhkan.
Biasanya banyak digunakan pada ternak usus panjang, seperti sapi dan domba.
FML adalah alternatif bahan pakan ternak yang berkualitas karena tidak ada penambahan material lain dan memiliki harga yang sangat terjangkau.
Baca juga: Penampakan Kemacetan di Puncak Minggu (14/11) Sore, Antrean 10 Km Meski Sudah One Way Arah Jakarta
Hal ini tentunya menjadi strategi yang baik dalam pemeliharaan dan meningkatkan produksi hewan ternak.
FML didistribusikan menggunakan truk tangki secara langsung ke pabrik pakan ternak, produsen silase, dan juga ke konsumen pengguna (peternak).
Cakupan distribusi FML berada pulau Jawa, Lampung dan Sumatera, dimana populasi ternak terbesar berada di Jawa dan Lampung.
Untuk proses pengaplikasiannya, FML dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah menggunakan komposisi 3-5 persen ke dalam campuran pakan ternak, juga dapat dicampurkan secara langsung ke air minum ternak.
Selain itu, FML juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan silase (pakan berkadar air tinggi) dengan mencampurkan FML sebanyak 3 -5 persen ke dalam hijauan atau sisa biomass pertanian (rumput, daun, jerami padi dan lainnya).
PT Ajinomoto Indonesia akan terus berupaya untuk menciptakan inovasi-inovasi ramah lingkungan, mengacu pada Eco Activity dan Bio Cycle yang telah diterapkan sebelumnya pada seluruh proses produksi (By Product) Ajinomoto.
Melalui Co Product FML ini, harapannya dapat membantu para peternak dalam hal budi daya dan perawatan ternak yang berkualitas dan tentunya aman bagi kesehatan ternak.
"Kami berharap dengan terus berkomitmen untuk menciptakan inovasi melalui pemanfaatan hasil proses produksi yang ada, PT Ajinomoto Indonesia dapat memberikan dampak yang positif pada lingkungan sekaligus mendukung budi daya peternakan berkelanjutan di Indonesia," tutur Yudho.
Melalui Departemen Agri Dev, PT Ajinomoto Indonesia terus berkomitmen melakukan aktivitas pengolahan produk samping dari hasil produksi MSG dan makanan, serta sampah domestik lainnya menjadi produk yang memiliki nilai jual.
"Hal ini menjadi bentuk salah satu komitmen perusahaan dalam menjaga keragaman hayati, kualitas sumber daya air dan tanah, meningkatkan produktivitas tanaman maupun kesejahteraan para petani," jelasnya.