Laporan Wartawan Tribunnews.com Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), disebut menjadi masalah utama yang membuat PT Angkasa Pura I (Persero) menanggung utang sebesar Rp 38 triliun.
PT Angkasa Pura I sendiri, mengungkapkan bahwa kerugian yang dialami perusahaannya karena penurunan penumpang. Penurunan penumpang akibat pandemi ini membuat Angkasa Pura I harus merugi Rp 200 miliar per bulan.
Pengamat Penerbangan Arista Atmaji menilai, penurunan penumpang di Bandara YIA ini wajar terjadi karena saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19.
"Hal ini wajar saja mengalami penurunan, karena dalam masa pandemi Covid-19. Permasalahan ini tinggal menunggu waktu saja untuk dapat bangkit," kata Arista saat dihubungi Tribunnews, Selasa (7/12/2021).
Ia mengungkapkan, Bandara YIA tinggal menunggu waktu saja agar kembali bergerak naik karena jika melihat kapasitas Bandara Adi Sucipto yang mengalami overload sebanyak tiga kali ini tentu mudah untuk bergerak.
"Sekarang hanya masalah pandemi saja, proyek YIA ini triliunan dan tidak mungkin kembali dalam waktu satu dua tahun. Maka dari itu AP I harus bersabar," kata Arista.
Baca juga: Terlilit Utang Rp 35 Triliun, Ini Proyek Bandara Angkasa Pura I yang Diduga Sebagai Penyebabnya
Arista juga menyinggung, Yogyakarta yang menjadi destinasi internasional juga sangat mendukung pergerakan penumpang pesawat di Bandara YIA.
"Yogyakarta ini, destinasi terkenal setidaknya di Asia Tenggara. Ini hanya masalah waktu, maka Bandara YIA dapat kembali berkembang," ucap Arista.
Arista menegaskan belum bisa bandara dalam dua tahun langsung mendapatkan keuntungan. Sehingga diperlukan waktu untuk Bandar YIA bisa bergerak dan ramai penumpang.
Tiap Bulan Rugi Rp 200 Miliar
PT Angkasa Pura I (Persero) kini menjadi perusahaan milik negara yang memiliki kinerja kurang sehat.
Pasalnya penyelenggara bandara-bandara di bagian timur Indonesia tersebut mengalami kesulitan keuangan.
BUMN ini memiliki utang dengan jumlah besar yaitu Rp 35 triliun.