TRIBUNNEWS.COM - Pengamat ekonomi dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Retno Tanding, menilai setidaknya ada dua dampak yang akan terjadi apabila bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite dihapus.
Dua dampak tersebut ialah kenaikan harga dan turunnya daya beli.
"Satu yang pasti karena bahan bakar ini dipakai dalam kegiatan produktif dan konsumtif masyarakat, saya yakin yang pertama akan kelihatan adalah pada harga-harga," ungkap Retno dalam talkshow bersama Tribunnews.com, Rabu (29/12/2021).
Saat ini, lanjut Retno, transportasi masih menggunakan BBM dan kendaraan umum masih menggunakan BBM bersubsidi.
Sehingga pasti akan ada kenaikan harga yang terjadi bila masyarakat harus menggunakan Pertamax untuk BBM kendaraan.
Baca juga: Penghapusan Premium dan Pertalite Bisa Picu Kenaikan Tarif Jasa Kurir
"Kalau kita bicara tentang kenaikan harga transportasi, berarti ada kenaikan harga logisitik yang akan berpengaruh pada harga akhir dari produk yang didistribusikan pada masyarakat," ungkap Retno.
Dampak selanjutnya adalah turunnya daya beli masyarakat.
"Dengan kenaikan harga nanti yang harus ditanggung masyarakat, akan mengurangi daya beli mereka."
"Karena terserap pada pembelian BBM, jadi katakanlah peningkatan harganya di kisaran selisih harga Pertalite dengan Pertamax kira-kira Rp 1.500, berarti ada persentase income masyarakat yang terserap di sana, sehingga menurunkan daya beli," ungkap Retno.
"Penurunan daya beli dan naiknya harga-harga harus diantisipasi oleh pemerintah, supaya nanti tidak menimbulkan masalah yang cukup besar," ungkapnya.
Baca juga: Pemerintah Akan Hapus Premium dan Pertalite, Berikut Tanggapan dari Pertamina, YLKI dan Pengamat
Lebih lanjut, Retno menyebut pemerintah perlu melakukan komunikasi yang baik dalam peralihan dari Pertalite ke Pertamax.
Selain itu, mekanisme untuk meminimalisir dampak yang dirasakan masyarakat harus diperhatikan dengan baik.
"Hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam rencana penghapusan ini adalah komunikasi dan mekanisme yang memungkinkan masyarakat yang paling terdampak, tidak terlalu keras menimpa masyarakat," ungkap Retno.
Wacana Penghapusan Premium dan Petalite
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, pemerintah berencana menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan pertalite, sebagai upaya memperbaiki kondisi lingkungan.
"Kita memasuki masa transisi di mana Premium (RON 88) akan digantikan dengan Pertalite (RON 90), sebelum akhirnya kita akan menggunakan BBM yang ramah lingkungan," ujar Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas, Soerjaningsih, yang dikutip dalam Web Ditjen Migas Kementerian ESDM, Kamis (23/12/2021).
Menurutnya, premium saat ini hanya digunakan oleh tujuh negara saja dan volume yang digunakan pun sangat kecil, seiring naiknya kesadaran masyarakat menggunakan BBM dengan kualitas yang lebih baik.
Baca juga: Beredar Kabar BBM Jenis Pertalite dan Premium Bakal Dihapus, Sudah Ada Bocoran Tahapannya
Oleh sebab itu, kata Soerja, pemerintah tengah menyusun roadmap BBM ramah lingkungan, di mana nantinya Pertalite juga akan digantikan dengan BBM yang kualitasnya lebih baik.
"Dengan roadmap ini, ada tata waktu di mana nantinya kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan. Ada masa di mana Pertalite harus dry, harus shifting dari Pertalite ke Pertamax," tuturnya.
Ia menyebut, proses shifting Pertalite ke Pertamax juga menjadi salah satu bahasan FGD agar peralihan ini tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
"Sehingga kita juga mencermati volume Pertalite yang harus disediakan untuk masyarakat," papar Soerja.
Perubahan dari premium ke pertalite dinilai akan mampu menurunkan kadar emisi CO2 sebesar 14 persen, untuk selanjutnya dengan perubahan ke Pertamax akan menurunkan kembali emisi CO2 sebesar 27 persen.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Seno Tri Sulistiyono)