Penurunan juga terjadi pada trafik pesawat. Dimana pada 2021 mengalami penurunan 14 persen menjadi 329.859 pergerakan pesawat dari 385.345 pergerakan pesawat pada 2020.
Kinerja Keuangan Menurun hingga Terlilit Keuangan Imbas Turunnya Aktivitas Operasional Bandara
Jelang akhir tahun lalu, Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi mengungkapkan bahwa perusahaan yang dipimpinnya memiliki utang, yang jumlahnya Rp 28 triliun.
“Kita memang ada utang kepada kreditur dan investor sampai dengan bulan November 2021 itu Rp 28 triliun. Bukan Rp35 triliun,” ujar Faik dalam konferensi pers Angkasa Pura I, Rabu (8/12/2021).
Selain dengan kreditur dan investor, Faik juga menyebutkan bahwa Perseroan juga memiliki kewajiban pembayaran kepada karyawan dan supplier sekitar Rp 4,7 triliun. Sehingga totalnya senilai Rp 32,7 triliun.
Bos AP I ini juga membeberkan alasan mengapa BUMN pengelola bandara ini memiliki utang jumbo.
Faik menjelaskan, pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I.
Sebagai gambaran, pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang.
Namun ketika pandemi Covid-19 melanda pada awal 2020, trafik penumpang turun menjadi sekitar 30 juta penumpang..
Ditambah lagi, pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity.
Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp2,3 triliun, dan juga pengembangan bandara-bandara lainnya.
Baca juga: Diwacanakan Jadi Booster Covid-19, BPOM Sebut Izin Vaksin Nusantara Bukan di Lembaganya
Di mana kesemuanya dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.
Adanya pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar.
Pendapatan 2019 yang mencapai Rp8,6 triliun anjlok di 2020, di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp3,9 triliun dan diprediksi pada 2021 ini pendapatan juga akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang.