Selain itu Master menilai alasan panic buying terjadi karena masyarakat merasa takut apabila kekurangan minyak goreng.
"Logikanya gini, misal nih, kebutuhan awalnya 2 jtua ton, tapi karena sebagian besar yang tadinya cuma beli sekilo jadi 3 kilogram satu keluarga karena takut kekurangan minyak goreng, otomatis kebutuhannya meningkat kan."
"Itu yang buat jadi terasa stoknya minim," pungkas Master.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Muarojambi/Hasbi Sabirin)(Tribun Bali/Ragil Armando)(Kompas.com/Elsa Catriana)
Artikel lain terkait Minyak Goreng