Laporan Wartawan Tribunnews, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian terus berupaya mendorong peningkatan daya saing dan nilai tambah industri melalui hilirisasi berbasis agro, berbasis migas dan batubara, serta bahan tambang dan mineral.
Hilirisasi berbasis agro pada industri kelapa sawit menunjukkan peningkatan yang sangat baik, seperti tahun 2021, ratio volume ekspor bahan baku terhadap produk hilir adalah 9,27 persen bahan baku dibanding 90,73% produk hilir.
Sedangkan, untuk ragam jenis, terdapat 168 jenis produk hilir kelapa sawit pada tahun 2021.
Baca juga: Menperin Pamerkan Program Andalan di Rapat dengan Komisi VII DPR RI
"Program hilirisasi memiliki nilai tambah lain berupa peningkatan investasi dalam negeri, pembukaan lapangan kerja, dan penyerapan tenaga kerja," ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat Raker bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (2/2/2022).
Pada pengembangan industri berbasis migas dan batubara, saat ini sedang berjalan investasi pembangunan pabrik petrokimia pengolahan naphta oleh PT Chandra Asri dan PT Lotte Chemicals yang mengolah naphta dengan total 6,8 juta ton per tahun untuk diproduksi antara lain menjadi etilena, propilena, butadiena, benzena dan lainnya. Termasuk juga proyek petrokimia oleh PT Pertamina di Balongan dan Tuban.
"Dengan semua investasi tersebut diharapkan Indonesia akan menjadi negara petrokimia nomor satu di ASEAN," imbuhnya
Upaya hilirisasi industri berbasis tambang dan mineral telah menunjukkan pertumbuhan pesat di industri smelter nikel yang menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) feronikel, nikel hidrat dan stainless steel.
"Hingga saat ini terdapat 27 smelter (pyrometallurgy dan hydrometallurgy nickel) yang sudah beroperasi, 32 di tahap konstruksi dan 6 tahap di feasibility study," jelas Menperin.
Baca juga: Kemenperin: Penjualan Kendaraan Roda Empat Periode Maret-Desember 2021 Tumbuh 113 Persen
Dari hilirisasi bijih nikel ini, akan dihasilkan produk stainless sebagai bahan baku produk-produk di hilir atau produk jadi seperti peralatan kesehatan, peralatan dapur, peralatan makan, kedirgantaraan dan kendaraan listrik.
"Peningkatan nilai tambah dari bijih nikel melalui hilirisasi bisa mencapai 340-400 kali lipat," ucap Agus.
Sementara itu, Kemenperin menghitung nilai tambah hilirisasi logam berbasis bauksit, dari bijih bauksit menjadi ingot aluminium, sebesar 12,25 kali lipat.
"Nilai tambah ini akan terus meningkat ketika ingot aluminium tersebut diolah menjadi produk manufaktur siap pakai atau produk jadi. Diperkirakan bisa meningkat 2-3 kali lipat dari ingot aluminium," imbuh Menperin.