Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury memaparkan peran Perhutani dan PTPN soal program zero Emission atau dekarbonisasi pada 2060 atau Nationallly Determined Contribution (NDC) yang melibatkan 9 BUMN.
Pahala menegaskan Kementerian BUMN tengah berupaya menjadi pionir dan role model dalam penerapan dekarbonisasi.
Misalnya, pada 2021 Kementerian BUMN telah melakukan beberapa inisiatif termasuk memiliki Project Management Office (PMO) khusus yang mengkoordinasikan beberapa BUMN.
Baca juga: Kementerian BUMN Dorong Perusahaan Pelat Merah Terapkan Dekarbonisasi
Di antaranya, lanjutnya, PTPN III, PT Pupuk Indonesia, PT Pertamina, MIND ID, PT PLN, PT Semen Indonesia, PT BKI, dan Perum Perhutani karena dinilai dapat bersinergi.
“Peran Perhutani dan PTPN menjadi penting dalam program ini (dekarbonisasi), sebab di satu sisi merupakan BUMN produsen emisi dan di satu sisi memberikan Nature Based Climate Solutions, “ ujar Pahala dalam keterangannya, Kamis (3/2/2022).
Disampaikannya usai penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) Dekarbonisasi BUMN. Secara terpisah, Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menyatakan Perum Perhutani sebagai BUMN yang bergerak di bidang kehutanan akan mendukung program Pemerintah.
“Sesuai dengan mandat dari Kementerian BUMN, Perum Perhutani akan serius dan fokus dalam mengurangi emisi karbon sehingga target pemerintah Indonesia dalam penurunan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29 persen pada 2030 dapat tercapai,” tutur Wahyu.
Indonesia, lanjut dia, telah mematok target untuk mencapai net zero emission atau nol emisi karbon pada 2060 atau lebih cepat. Menurut Wahyu, ada tiga pilar dekarbonisasi, yaitu efisiensi energi, dekarbonisasi di sektor kelistrikan, serta elektrifikasi pada end-uses.
Baca juga: Pertamina Sepakati 4 Peluang Kemitraan Strategis untuk Keberlanjutan Energi dan Dekarbonisasi
Pahala menyatakan sebagai follow up dari PMO penerapan dekarbonisasi, pihaknya telah melakukan identifikasi beberapa hal. Pertama, adanya inisiatif untuk menurunkan emisi secara end to end atau dari hulu ke hilir terutama adalah melalui efisiensi energy.
Kemudian, migrasi jenis energi yang memiliki emisi lebih tinggi ke emisi yang lebih rendah. Kedua, pengembangan usaha yang bisa menjadi pendorong untuk menurunkan emisi.
“Kita telah mengembangkan Klaster Industri Hijau, mengembangkan geothermal, energi baru terbarukan,“ ucap Pahala.