News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Saham Bank Digital Melambung, Tapi Investor Kawakan Ini Malah Bilang Kemahalan, Ini Sebabnya

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warren Buffet Indonesia, Lo Kheng Hong

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tahun 2021 lalu memang menjadi tahunnya emiten bank digital.

Bank-bank dengan konsep terbaru yang melantai di bursa ini kinerjanya langsung mengilap dengan harga saham yang melambung.

Bahkan, harga sejumlah saham bank digital dinilai sudah terlalu mahal, dengan nilai price to book value (PBV) yang telah mencapai double digit.

Investor kawakan Lo Kheng Hong turut menyoroti fenomena tersebut. Menurut dia, harga sejumlah bank digital saat ini sudah tidak masuk akal.

Baca juga: Investasi Reksa Dana Berbasis Saham Luar Negeri, Berapa Setoran Awalnya? 

"Sekarang banyak sekali bank-bank digital, harga yang saya lihat valuasinya sampai price to book 50 kali. Padahal asetnya di bawah Rp 10 triliun," kata dia, dalam diskusi virtual yang digelar BCA, dikutip Rabu (9/2/2022).

"Itu bagi saya sangat mengerikan. Saya pasti enggak berani sentuh seperti itu," ujarnya.

Pria yang dijuluki Warren Buffett Indonesia ini mengakui, dirinya enggan berinvestasi pada sektor digital. Bahkan, bank digital tidak menjadi sektor yang dipilih oleh Lo Kheng dalam portofolionya.

Baca juga: IHSG Berseri, Naik 0,40 persen ke 6.810, Investor Asing Jaring Saham BCA, Bank Mandiri dan Telkom

"Di portofolio saya tidak ada sama sekali perusahaan digital. Sangat mengerikan bagi saya sebagai seorang value investor," katanya.

Menurut dia, bank konvensional dengan kinerja positif dan aset lebih besar menjadi lebih menarik. Apalagi, saat ini masih terdapat emiten bank konvensional dengan PBV di bawah 1 kali.

Dengan melihat hal tersebut, Lo Kheng menilai, emiten bank digital harga selangit menjadi tidak masuk akal.

Ia pun mengibaratkan hal tersebut seperti Bajaj yang dijual dengan harga Mercedes Benz atau Mercy.

Baca juga: IHSG Perkasa Pada Pembukaan Hari Selasa, Saham Bank-bank BUMN Diburu Investor Asing

"Enggak masuk akal buat saya. Jadi saya hanya membeli Mercy harga Avanza. Bukan Bajaj dijual harga Mercy," ucap dia.

Mulai Menurun

Saham-saham bank digital mulai memasuki masa suram di tahun 2022. Sepanjang bulan Januari ini, sebagian besar saham bank digital mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Hanya PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) dan PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) yang masih tercatat naik sepanjang bulan ini. Pada penutupan perdagangan Selasa (25/1), BBHI meningkat 42% secara year to date (ytd) jadi Rp 5.650 dan AMAR melonjak 48,7% ke Rp 580.

Sementara yang lainnya melorot. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) anjlok 28,79%, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) merosot 25,9%, PT Bank MNC Bank Internasional Tbk (BABP) turun 17,74%, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) terkoreksi 6,36%, dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) turun 1,44%.

Baca juga: Prediksi Menuju Puncak Penularan Omicron, Bagaimana Dampaknya Terhadap Bursa Saham?

Menurut Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada, penurunan tersebut disebabkan dua hal. Pertama, indeks harga saham memang sedang mengalami penurunan karena faktor sentimen global. Semua bursa saham cenderung melemah.

Kedua, karena pelaku pasar cenderung taking profit setelah kenaikan saham yang cukup pesat tahun lalu.

"Rata-rata saham berbau digital melemah, tidak hanya bank. Tahun lalu, saham-saham digital ini profit tinggi tahun lalu walaupun kinerjanya banyak yang merah. Sekarang saat pasar tengah melemah, investor melakukan penjualan secara masif untuk mengamankan profit," jelas Reza kepada KONTAN, Selasa (25/1).

Reza tidak menggunakan terminologi mahal atau murah dalam melihat saham bank digital. Menurutnya yang perlu diperhatikan adalah apakah kenaikan harga sahamnya wajar atau sesuai dengan fundamental banknya.

Dia memandang, harga saham bank digital saat ini belum sesuai dengan harga wajarnya karena kondisi fundamentalnya belum bagus. Sebab secara teori, basis harga saham adalah fundamental.

Meskipun fundamental bank digital belum terbukti, namun harga sahamnya sudah naik sangat tinggi. Reza melihat, hal ini karena ekspektasi investor yang begitu tinggi terkait prospek bank digital ke depan.

"Tetapi kita tidak tahun prospek ke depan seperti apa. Artinya sustainibility mereka belum sepenuhnya teruji," tambahnya.

Menurut Reza, tahun 2022 ini merupakan tahun pembuktian bagi bank digital. Apakah yang mereka janjikan pada tahun 2021 bisa terbukti atau tidak yang akan bisa dilihat dari kinerjanya.

Teknologi tinggi yang disebut bisa memberikan kemudahan dan user friendly harus bisa dibuktikan dengan peningkatan jumlah nasabah yang signifikan salah satunya.

Sementara prospek saham untuk jangka pendek dan menengah dinilai akan tergantung pada sentimen di pasar.

"Kalau sentimen membaik, orang akan kembali hype lagi ke bank digital. Mungkin setelah penurunan maka akan dianggap sudah lebih murah lagi sehingga investor akan kembali masuk. Apalagi, kalau terjadi peningkatan nasabah dan kinerja, itu akan semakin mendorong investor untuk masuk." pungkasnya.

Melonjak Tinggi

Sejak 2021 lalu harga saham bank digital terbang tinggi.

Sejak resmi dikuasai Jerry Ng dkk, harga saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) sudah meroket 5.955,66% ke Rp 16.775/unit per Jumat (4/2/2022) pukul 10.30 WIB.

Dengan lonjakan harga yang fantastis tersebut, saham ARTO kini menduduki posisi 5 besar saham dengan kapitalisasi pasar(market cap) terbesar, yakni mencapai Rp 232,09 triliun.

Sementara harga saham emiten bank digital milik pengusaha Chairul Tanjung PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) mengalami lonjakan tinggi pasca-penetapan harga teoritis rights issue.

Kendati demikian, saham BBHI masih tergolong 'murah' (undervalue) ketimbang bank digital lain, seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan Rabu (12/1/2022), saham BBHI dibanderol di harga Rp 6.800/saham.

Posisi tersebut sudah melesat 19,82% dibandingkan dengan harga teoretis yang berlaku mulai Senin minggu ini (10/1/2022). (Kompas.com/Kontan.co.id/Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini