News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusia-Ukraina di Ambang Perang, Ekonomi Indonesia Terdampak, Keuangan Pertamina-PLN Juga Terimbas

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar selebaran milik Angkatan Darat AS ini menunjukkan berbagai kendaraan taktis yang ditugaskan ke Skuadron ke-2, Resimen Kavaleri ke-2 menunggu untuk dimuat ke truk di Komando Pelatihan Angkatan Darat ke-7 Lapangan Udara Barak Mawar, Vilseck, Jerman, 9 Februari 2022. - Skuadron akan dikerahkan ke Rumania dalam beberapa hari mendatang untuk menambah lebih dari 900 anggota pasukan AS yang sudah berada di Rumania. Langkah ini dirancang untuk menanggapi lingkungan keamanan saat ini dan untuk memperkuat sikap pencegahan dan pertahanan di sisi timur NATO. Presiden AS Joe Biden mengumumkan pekan lalu bahwa ia mengirim 1.000 tentara ke Rumania dan 2.000 ke Polandia, karena Rusia menolak untuk menarik kembali pasukan yang ditempatkan di perbatasan Ukraina. (Photo by Gertrud ZACH / US ARMY / AFP)

“Eskalasi Rusia-Ukraina punya imbas ke inflasi di indonesia lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan. Harga minyak yang liar akan menekan pemerintah untuk segera menaikan harga BBM maupun tarif listrik,” ucap Bhima saat ditanya Tribunnews, Senin (14/2/2022).

Dirinya mengungkapkan, impor BBM Indonesia terbilang besar. Berdasarkan catatannya, nilainya menembus angka 14,3 miliar dolar AS di 2021, atau setara Rp204,9 triliun (asumsi kurs Rp14.331 per dolar AS).

Lanjut Bhima, jika harga minyak dunia terus mengalami peningkatan dan Indonesia tetap impor kebutuhan energi, maka Pemerintah wajib memilih 3 pilihan yang berat.

Pertama, Pertamina dan PLN yang merupakan BUMN energi harus mau menanggung rugi.

Dimana 2 perusahaan pelat merah tersebut harus membeli minyak ataupun gas (impor) dengan harga tinggi, dan kemudian harus menjual ke masyarakat dengan harga seperti sekarang ini.

Baca juga: Konflik Rusia Ukraina Memanas, Vladimir Putin Menambah Pasukan di Perbatasan

Kedua, Pemerintah harus menambah anggaran untuk subsidi energi di APBN, padahal di saat yang bersamaan Pemerintah tengah mendorong pemulihan ekonomi nasional imbas pandemi Covid-19. Dan anggaran tersebut bukanlah uang yang kecil.

Pilihan yang ketiga adalah, Pemerintah tidak mengucurkan subsidi dan membiarkan masyarakat membeli kebutuhan energinya dengan harga yang mahal.

“Problemnya impor BBM indonesia sangat besar 14,3 miliar dolar AS di 2021. Tahun lalu saja sudah naik 74 persen. Kalau terus berlanjut tinggal kuat-kuatan saja, apakah pertamina dan PLN mau tanggung rugi, subsidi energi APBN ditambah, atau tarif energi dilepas ke harga pasar,” jelas Bhima.

“Kenaikan Rp1.000 per liter BBM non subsidi saja akan picu inflasi lebih dari 5 persen. Inflasi akan jadi musuh yang hambat pemulihan daya beli,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini