Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menampilkan kain dan kopi sebagai komoditas yang diangkat potensi bisnisnya di sela-sela pertemuan G20 yang diselenggarakan di Jakarta pada 15-18 Februari 2022.
Direktur Eksekutif LPEI Rijani Tirtoso Bondan mengatakan, dipilihnya dua komoditas tersebut bukan tanpa alasan, sebab potensi kain dan kopi untuk dikenalkan kepada negara-negara lain masih sangat besar.
"Hari ini, produksi kopi Indonesia sudah menjadi bagian dari bisnis dan industri kopi dunia. Apalagi, kita termasuk negara produsen kopi terbesar selain Brazil, Kolumbia, dan Vietnam,” ujar Rijani, Rabu (23/2/2022).
Baca juga: Pasar Ekspor Kendaraan Makin Menggeliat, Pengapalan Mobil DFSK Meningkat 96 Persen
Menurutnya, LPEI mendorong banyak produsen kopi di level hulu untuk ikut menikmati aroma wangi bisnis kopi dunia, salah satunya melalui program Desa Devisa untuk komoditas kopi.
Rijani optimis, pembinaan dan pendampingan yang tepat, serta adanya sinergi maupun kolaborasi dengan pemangku kepentingan maka kain dan kopi Indonesia bisa berbicara lebih banyak di pasar internasional.
"Sehingga ini mampu meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha di kedua sektor tersebut," paparnya.
Baca juga: Legislator Golkar Dukung Pemerintah Stop Ekspor Bauksit
Berdasarkan kajian Indonesia Eximbank Institute, nilai ekspor kopi Indonesia pada 2022 bisa mencapai Rp 14 triliun, dan pasarnya masih sangat luas.
Sementara potensi ekspor kain tenun dan kerajinan kain di tahun ini juga tidak kalah menarik, diperkirakan dapat mencapai lebih dari Rp 1 triliun.
“LPEI berharap, dengan menggarap dua komoditas tersebut secara lebih fokus, mendampingi para pelakunya secara konsisten dan persisten, kita bisa memberikan kontribusi lebih besar bagi para pelaku usaha kopi dan kain di tanah air. Sehingga dapat menjadi gestur postif bahwa pelaku usaha siap untuk bangkit dan pulih kembali,” ujar Rijani.