Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Produsen Gelas Kaca Indonesia (APGI) mengungkapkan bahwa konsumsi gelas kaca di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Saat ini, menurut Ketua APGI Henry T Susanto, konsumsi per kapita gelas kaca di Indonesia hanya sekitar 1,1 kilogram, jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara seperti China yang mencapai 10 kilogram.
"Di Prancis paling gila 60 kilogram per kapita," kata Henry dalam diskusi saat acara "Twin Fest 2024: Ceramic Tableware & Glassware Indonesia" di Jakarta Selatan, Rabu (11/12/2024).
Baca juga: Toyota dan GPI Dorong Koperasi Kopi Wonosalam Jatim Tingkatkan Ekspor
Menurut dia, salah satu faktor penyebab rendahnya angka tersebut adalah kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung menggunakan gelas yang sama untuk berbagai jenis minuman.
Berbeda dengan di Eropa, di mana mereka mengganti gelas sesuai dengan jenis minumannya.
Contohnya ketika meminum red wine, mereka menggunakan gelas khusus. Ketika meminum champagne, ada gelas yang berbeda lagi.
Henry menjelaskan bahwa di Indonesia penggunaan gelas yang seragam untuk berbagai jenis minuman membuat tingkat konsumsinya tidak bertambah.
Padahal, Indonesia bisa mencontoh Iran yang memiliki kebiasaan menggunakan gelas berbeda untuk teh dan kopi, yang membantu meningkatkan konsumsi gelas.
Untuk mendorong kenaikan konsumsi per kapita, Henry berharap masyarakat menggunakan gelas berbeda untuk berbagai minuman.
Di sektor hotel, restoran, dan kafetaria (Horeka), misalnya, penggunaan gelas yang sesuai untuk es teh, jus, atau kopi sudah mulai diperkenalkan.
"Melalui Horeka, industri yang berkembang sekarang, mereka lihat, oh es teh tawar pakai gelas seperti ini cocok, minumnya enak. Nanti jus gelasnya yang lain," ujar Henry.
Baca juga: Jurus Keberlanjutan dalam Praktik Pertanian, Tanah Tetap Subur dan Kualitas Kopi Terjaga
Selain itu, Henry juga menekankan bahwa penggunaan gelas kaca lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kemasan sekali pakai seperti kardus.
Gelas kaca dapat dicuci dan digunakan kembali tanpa menambah sampah, sehingga lebih ramah lingkungan dan juga bisa menghemat biaya.
"Kalau pakai gelas buat kopi, jangan (pakai) gelas yang buat minum. Kopi sedikit kecilan pakai gelasnya. Kadang (gelas untuk) minum kan biasanya lebih banyak, pakai gelasyang lebih besar. Jadi menunjang pabrik-pabrik gelas di Indonesia, konsumsi per kapitanya bisa naik," pungkas Henry.