TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rusia resmi memulai perang terhadap Ukraina hari ini, Kamis (24/2/2022) ditandai dengan perintah Presiden Rusia Vladimir Putin kepada tentaranya untuk menggelar operasi militer dalam skala penuh terhadap Ukraina.
Suara ledakan dan dentuman terdengar di sejumlah tempat di Ukraina menandai agresi Rusia atas negara ini.
Hal ini memicu lonjakan harga minyak mentah di pasar global. Indeks minyak mentah Brent mencapai $100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014 pada Rabu malam.
Lonjakan harga ini sebagai reaksi pasar terhadap dimulainya serangan pasukan Rusia ke Ukraina, yang membuka peluang munculnya sanksi internasional yang dikhawatoirkan dapat mengganggu pasar energi.
Harga minyak mentah sendiri di pasar global terus meningkat selama lebih dari dua bulan karena ancaman aksi militer Rusia atas Ukraina.
Harga minyak terkerek lebih dari 40 persen dari posisi terendah awal Desember. Pada pukul 11:59 malam setempat pada hari Rabu, atau satu jam lebih setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer khusus" di Ukraina.
Baca juga: Rusia Lancarkan Operasi Militer di Ukraina, Targetkan Junta yang Berkuasa di Kyiv
Harga Minyak Mentah West Texas Intermediate naik 4,19 persen menjadi $96 per barel, menurut dasbor harga energi Bloomberg. Minyak Mentah Brent mencapai $101,25 pada tengah malam, atau melonjak 4,5 persen.
Bursa saham berjangka jatuh
Bursa saham berjangka juga jatuh dengan indeks S&P 500 turun sekitar 1,8 persen pada tengah malam.
Harga minyak yang terus meningkat telah mempengaruhi harga bahan bakar jenis bensin di Amerika Serikat. Warga AS harus membayar hampir satu dolar lebih mahaluntuk satu galon minyak hingga sekitar $5 di beberapa pasar.
Baca juga: Suara Sirene Peringatan Serangan Udara Meraung di Jantung Ibu Kota Kiev Ukraina
Analis mengatakan, sanksi internasional terhadap Rusia yang selama ini memasok sekitar 10 persen kebutuhan minyak dunia, dapat mengganggu pasokan energi Eropa dan mengirim kejutan harga ke seluruh dunia.
Dalam pidatonya Selasa lalu, Presiden Biden memperingatkan bahwa sanksi yang dimaksudkan untuk menghukum Rusia mungkin akan mempengaruhi konsumen AS.
“Membela kebebasan akan membawa konsekuensi biaya bagi kita di sini dankita harus jujur tentang itu," kata Biden.
Baca juga: Putin Izinkan Operasi Militer ke Ukraina, Perang Telah Dimulai
“Tetapi ketika kami melakukan ini, saya akan mengambil tindakan tegas untuk memastikan rasa sakit akibat sanksi kami ditargetkan pada ekonomi Rusia dan bukan milik kami,” ujarnya.
Siaran pers Gedung Putih yang dirilis Rabu malam mengindikasikan bahwa Biden akan bertemu dengan negara-negara G7 pada Kamis pagi.
Dia juga akan berbicara kepada rakyat Amerika untuk “mengumumkan konsekuensi lebih lanjut yang akan dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutu serta mitra kami pada Rusia atas tindakan yang tidak perlu ini. agresi terhadap Ukraina.”
Meskipun pasar biasanya mengabaikan ketegangan geopolitik, kebuntuan yang sedang berlangsung di perbatasan Ukraina telah mengguncang pasar bulan lalu. Ekspor minyak Rusia ke pasar global setara dengan Amerika Serikat dan Arab Saudi.
Senin lalu Putin menandatangani dekrit yang memerintahkan pasukan militer ke dua wilayah separatis Ukraina untuk tujuan “penjaga perdamaian” ketika Moskow mengakui kemerdekaan kedua wilayah tersebut.
Langkah itu dilakukan setelah penumpukan pasukan dan persenjataan di dekat perbatasan Rusia dengan Ukraina. Biden menyebut gerakan pasukan baru-baru ini sebagai "awal invasi Rusia" di Ukraina.
Rabu malam, Putin mengatakan Rusia akan meluncurkan "operasi militer khusus" di Ukraina. Jurnalis televisi CNN yang meliput di beberapa kota di Ukraina merekam munculnya sejumlah ledakan jauh.
Invasi Rusiaatas Ukraina dalam skala penuh dikhawatirkan akan merusak jaringan pipa penting yang menghubungkan aliran gas Rusia ke Eropa, ungkap analis Raymond James Pavel Molchanov kepada The Washington Post, Selasa.
"Sanksi terhadap Rusia diperkirakan akan mengarah pada pembalasan oleh pemerintahnya, di mana pasokan gas ke Eropa terputus. Rusia adalah pemasok energi utama Jerman - yang mengarah ke kejutan pasokan lain yang akan berdampak pada pasar energi global," kata Kyle Roda, seorang analis pasar di perusahaan perdagangan valuta asing.
Kekuatan Barat telah mulai menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, termasuk menutup pipa gas Nord Stream 2 senilai 11 miliar dolar AS antara Rusia dan Jerman.
Pemerintahan Biden telah memberlakukan sanksi “putaran pertama” yang menargetkan bank-bank Rusia dan orang-orang kaya.
Langkah-langkah awal itu termasuk sanksi terhadap perusahaan yang bertanggung jawab atas Nord Stream 2, anak perusahaan dari perusahaan Gazprom yang dikendalikan Kremlin.