“Kalau dari saya, mulai dulu baru merencanakan. Bikin dulu perusahaannya, setidaknya tahu dibidang mana mau bergerak. Setelahnya baru fokus merencanakan, ini pondasinya karena gagal merencanakan artinya merencanakan kegagalan,” ungkap Dhiraj.
Baca juga: Investasi Properti Asia Pasifik Capai Rp 2.531 Triliun, Balik ke Level Sebelum Pandemi
3. Mengenali Kendala Bisnis
Dhiraj menambahkan bahwa teori tetap penting digunakan untuk merencanakan strategi.
Maka ia berkuliah lagi dan menyelesaikan Program Doktor of Research Management (DRM) di Bina Nusantara University.
Pengalaman di lapangan telah memberinya banyak pemahaman dalam mengelola bisnis.
Ia menambahkan kalau pelajaran di dunia akademisi memberinya gambaran kegagalan orang lain yang mesti ia hindari.
Pertanyaan bagi banyak para pemula di bidang konstruksi dan properti yaitu: Apakah lokasi menjadi persoalan utama dalam bisnis properti?
“Betul lokasi menentukan, namun dalam perjalanannya perlu upaya lebih dari segi pemasaran. Ada kendala lain di dunia properti. Pertama, bisa jadi konsumennya ini punya BI Checking yang kurang baik.
Kedua, konsumen dengan status karyawannya bukan tetap tapi kontrak. Ketiga, masa kerja kurang dari 2 tahun. Dan terakhir biasa disebabkan akibat rasio pengeluaran > 30% dari pendapatan.”
Namun pemecahan masalah kondisi tersebut menurutnya bisa dilakukan dengan mengedepankan strategi jitu pemasaran digital maupun offline.
Dengan selalu memperluas pasar, mencari prospek sebanyak-banyaknya, dan mencari customer yang sudah komit dengan melakukan booking fee paling tidak 10 persen.
4. Masuk Ke Ranah Pemasaran Digital
Dua aspek yang dikedepankan dalam keputusan pembelian online adalah kualitas website dan kepercayaan dari pengguna layanan. Lalu bagaimana dalam membangun kepercayaan?
Perusahaan perlu menampilkan website yang menarik, profesional dan bagus hingga menimbulkan image yang tidak bisa diragukan lagi.