“Karena Ramadhan sendiri permintaannya 20 persen lebih tinggi dari bulan normal. Pada puncak Idul Fitri bisa 40 persen lebih tinggi,” ucapnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies ini memprediksi harga minyak goreng dapat mencapai Rp 30 ribu per liter jelang Lebaran.
“Kita prediksi pada waktu mudik Lebaran ketika tidak ada HET untuk minyak goreng kemasan, bisa meningkat sampai Rp 30 ribu-Rp 35 ribu di Jabodetabek,” jelas Bhima.
“Sekarang saja, di Sulawesi Tenggara dari pusat data informasi harga pangan strategis, harganya sudah di atas Rp 40 ribu per kilogram. Jadi, kalau Jabodetabeknya segitu, di luar Jawa bisa dua kali lipatnya,” imbuhnya.
Baca juga: Selain Stok Masih Minum, Simpang-siur Harga Minyak Goreng Bikin Masyarakat Menjerit
Untuk itu, Bhima menyesalkan keputusan pemerintah mencabut kebijakan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan.
Menurutnya, pemerintah harus lebih tegas dalam kebijakan minyak goreng.
“Soal HET harus tetap ada di minyak goreng kemasan. Artinya, ini adalah masalah ketegasan saja,” ucapnya.
Terkait minyak goreng curah yang disubsidi pemerintah, Bhima justru mengkhawatirkan akan rentan penimbunan.
Kemudian, juga rentan untuk dioplos karena permintaan naik.
“Kalau diepas secara terbuka, permintaan minyak goreng curah naik dan rentan untuk dioplos minyak goreng jelantah.”
“Kalau curah, justru rentan penimbunan. Nanti minyak goreng kemasan ada, harganya mahal, tetapu minyak goreng curah tidak ada tapi disubsidi,” ungkap Bhima.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS/Seno Tri Sulistiyono, Kompas.com/Rully R. Ramli, Kompas.tv)
Simak berita lainnya terkait Harga Minyak Goreng