Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Pertamax sangat kecil yakni sekira 12 persen.
Selain itu, dia menilai konsumen BBM dengan jenis research octane number (RON) 92 ini juga kebanyakan dari kalangan menengah ke atas, sehingga tidak bakal antre jika harga naik.
Baca juga: Makin Terang, Erick Thohir Sudah Isyaratkan Harga Pertamax Segera Naik
"Konsumen Pertamax adalah golongan menengah ke atas yang menggunakan mobil mahal. Dengan golongan kosumen tersebut, mereka tidak akan melakukan antrean menjelang kenaikan harga," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Kamis (31/3/2022).
Baca juga: Pengusaha SPBU Belum Dapat Pengumuman Kenaikan Harga Pertamax Malam Ini
Lebih lanjut, Fahmy menyampaikan, para konsumen Pertamax juga tidak akan mau turun kelas atah migrasi ke Pertalite yang harganya lebih murah.
Menurutnya, penetapan harga Pertamax memang seharusnya ditentukan oleh mekanisme pasar, sehingga yang ideal adalah harga keekonomian di antara Rp 14.500 hingga Rp 16.000 per liter.
Saat ini, harga Pertamax memang harus dinaikkan mengingat juga harga minyak dunia sudah mencapai 130 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.
"Jika tidak dinaikkan, beban Pertamina semakin berat. Rencana menaikkan harga Pertamax pada 1 April sudah tepat," pungkas Fahmy.