News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Susun Mekanisme Pembayaran Gas Pakai Rubel, Pebisnis Jerman Kian Resah Uni Eropa Menolak

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Tusia Vladimir Putin tetap mengharuskan Uni Eropa membayar gas yang dibelinya dari Rusia dengan rubel. Foto Presiden Vladimir Putin di jaringan pipa gas Rusia di Vladivostok, 2011.

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Rusia mengatakan akan menyusun pengaturan praktis bagi perusahaan asing untuk membayar pembelian gas dalam rubel, Kamis lalu.

Keputusan Rusia ini makin memicu kecemasan karena bisa meningkatkan kemungkinan gangguan pasokan gas ke Eropa. Sejumlah negara Barat sejauh ini menolak permintaan Moskow untuk pengalihan pembayaran gas yang mereka beli dari Rusia dari euro ke mata uang ke rubel.

Perintah Presiden Vladimir Putin pekan lalu untuk menagih negara-negara "tidak bersahabat" dalam mata uang rubel sebagai bentuk pembayaran gas Rusia telah mendorong mata uang itu setelah jatuh ke posisi terendah sepanjang masa.

Negara-negara Barat memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.

"Tidak ada yang akan memasok gas secara gratis, itu tidak mungkin, dan Anda hanya dapat membayarnya dalam rubel," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, Selasa seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Kisruh Bayar Gas Alam Pakai Rubel, Rusia Tegaskan Tak Akan Pasok Gas ke Eropa Secara Gratis

Kantor berita TASS melaporkan, Ketua Majelis Tinggi Parlemen Rusia, Valentina Matviyenko, mengatakan Moskow siap jika Eropa menolak untuk membeli energi Rusia dan dapat mengalihkan pembeliannya ke pasar Asia.

Negara-negara Eropa, yang sebagian besar membayar dalam euro, mengatakan Rusia tidak berhak mengatur ulang kontrak. Kelompok negara G7 menolak tuntutan Moskow minggu ini.

Baca juga: Putin Ingin Gas Alam Rusia Dibayar Pakai Rubel, Harga Gas Terkerek, Kanselir Jerman Menolak

Pada pekan ini, harga gas grosir Eropa mengalami kenaikan di tengah kekhawatiran pasokan gas Rusia bakal terhenti, meskipun Rusia sejauh ini memenuhi kewajiban kontrak untuk penjualan gas ke Eropa.

Peskov mengatakan, sejalan dengan tenggat waktu 31 Maret yang ditetapkan oleh Putin untuk pembayaran rubel, semua modalitas sedang dikembangkan sehingga sistem ini sederhana, dapat dimengerti dan layak untuk pembeli Eropa dan internasional.

Baca juga: Balas Sanksi Ekonomi, Putin: Negara yang Tak Bersahabat Harus Bayar Gas Rusia dalam Rubel

Negara-negara G7 mendesak perusahaan untuk tidak menyetujui pembayaran rubel dan mengatakan sebagian besar kontrak pasokan menetapkan euro atau dolar.

"Itu adalah posisi yang kami bagikan," kata juru bicara Komisi Eropa pada konferensi pers di Brussels, Selasa.

Baca juga: Rusia Denda Google 2 Juta Rubel Lantaran Gagal Hapus Informasi Palsu di YouTube

Komisi Eropa mengatakan pekan lalu sedang menilai skenario yang mencakup penghentian penuh pasokan gas Rusia musim dingin mendatang, sebagai bagian dari perencanaan kontinjensi untuk guncangan pasokan.

Ini dampaknya jika Eropa menolak bayar pakai rubel

Data Reuters menunjukkan, Eropa menerima sekitar 40% gasnya dari Rusia. Impor gas mencapai sekitar 155 miliar meter kubik (bcm) tahun lalu.

Permintaan Putin telah memicu kekhawatiran di Jerman. Apalagi ekonomi utama Eropa yang sangat bergantung pada gas Rusia.

Banyak yang bertanya-tanya tentang potensi gangguan dan dampaknya terhadap industri dan rumah tangga jika negara gagal membayar dalam rubel.

"Tanpa pasokan Rusia, ekonomi Jerman menghadapi kerusakan besar, yang harus dihindari jika memungkinkan," kata Kepala Eksekutif E.ON Leonhard Birnbaum kepada televisi Jerman.

Dia menambahkan, negara itu membutuhkan tiga tahun untuk menjadi independen dari gas Rusia.

Jika terjadi gangguan, dia mengatakan regulator jaringan gas Jerman akan memprioritaskan pemanasan untuk rumah daripada penggunaan industri, sehingga produsen yang haus energi seperti pembuat baja akan menanggung beban awal dari setiap pemotongan pasokan.

Data dari Infrastruktur Gas Eropa menunjukkan situs penyimpanan gas Uni Eropa sekarang sudah terisi 26%, menyoroti tantangan untuk menggantikan Rusia sebagai penyedia energi.

Komisi Eropa telah mengusulkan undang-undang yang mewajibkan negara-negara UE untuk mengisi penyimpanan setidaknya 80% tahun ini.

Markus Krebber, CEO RWE utilitas terbesar Jerman dan pelanggan Gazprom, mengatakan Jerman hanya bisa mengatasi penghentian total impor gas Rusia untuk periode yang sangat singkat.

Kepala jaringan transmisi gas Ukraina juga mengatakan Ukraina, yang dilalui beberapa pipa yang memasok gas Rusia ke Eropa, perlu mengumpulkan 17 bcm gas untuk musim dingin berikutnya pada akhir Oktober, dengan mengatakan ini akan sulit.

Analis Refinitiv menulis dalam sebuah laporan bahwa penyimpanan UE akan mencapai 23% pada 1 Oktober jika pasokan Rusia benar-benar dihentikan sepanjang musim panas dan tidak ada pasokan tambahan.

"Tingkat ini merupakan ancaman langsung terhadap keamanan pasokan energi di Eropa," kata para analis.

Analis juga menambahkan, penyimpanan bisa mencapai 58% - masih sangat rendah - jika transmisi gas alam cair (LNG) dari barat laut Eropa dimaksimalkan dan impor pipa dari pemasok alternatif meningkat.

Washington dan Brussels mencapai kesepakatan pekan lalu bagi Amerika Serikat untuk memasok 15 bcm LNG tahun ini, meskipun itu tidak akan sepenuhnya menggantikan impor gas Rusia.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie | Sumber: Kontan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini