Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengembangan sektor industri dengan bertransformasi ke ranah digital tidak dapat dihindari, di tengah persaingan global.
Indonesia sendiri telah memiliki peta jalan Making Industri 4.0 untuk mendukung transformasi semua sektor manufaktur.
Di antara banyak industri yang didorong pertumbuhannya, sektor manufaktur makanan dan minuman (Mamin) menjadi prioritas.
Baca juga: Awasi Distribusi Minyak Goreng Curah, Polri dan Kemenperin Bentuk Satgas Gabungan
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menyebut industri mamin merupakan bagian dari motor penggerak utama terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, dengan didukung oleh sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang terus meningkat.
"Walaupun terdampak pandemi Covid-19, PDB industri mamin masih mampu tumbuh positif sebesar 2,54 persen pada tahun 2021," tutur Agus, Selasa (5/4/2022).
Bahkan, pada periode yang sama, industri mamin berkontribusi sebesar 38,05 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.
"Capaian tersebut menjadikan industri mamin sebagai subsektor dengan kontribusi PDB paling besar," imbuhnya.
Baca juga: Kemenperin Pantau Ketat Industri Minyak Goreng untuk Penuhi Kebutuhan Masyarakat dan UMKM
Pada tahun 2021, nilai pengapalan industri mamin mencapai 44,82 miliar dolar AS atau berkontribusi sebesar 25,3 persen terhadap ekspor industri pengolahan nonmigas.
Neraca perdagangan industri mamin pada tahun 2021 surplus sebesar 31,52 miliar dolar AS.
Sementara itu, di sisi lain, minat investasi di bidang industri mamin di Indonesia juga masih cukup besar, yaitu mencapai Rp 58,9 triliun di tahun 2021.
Sektor penopang kinerja gemilang pada industri mamin adalah industri pengolahan susu, yang juga mendapat prioritas pengembangan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
"Namun demikian, industri ini masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku, karena sampai saat ini sekitar 0,87 juta ton atau 21 persen bahan baku merupakan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN)," terang Agus.
Bahan baku yang masih didatangkan dari luar negeri, di antaranya dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, butter milk dan whey.