Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, sebagai komoditas utama, larangan ekspor sawit dapat berimbas terhadap sejumlah indikator ekonomi Indonesia.
Menurutnya dampak larangan tersebut bisa menyasar aktivitas ekspor, neraca dagang, cadangan devisa bahkan nilai tukar rupiah.
"Pada akhirnya, berpengaruh terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar dia melalui risetnya, Selasa (26/4/2022).
Baca juga: Tiga Rekomendasi KPK untuk Perbaiki Tata Kelola CPO dan Minyak Goreng
Kendati demikian, rupiah saat ini masih relatif stabil, di mana disebabkan oleh masih maraknya aktivitas ekspor hingga menguat sebesar 0,65 persen.
"Dengan demikian, kebijakan yang diterapkan yaitu bea keluar 200 dolar Amerika Serikat (AS) per ton dengan biaya pungutan sebesar 375 dolar AS per ton tidak berlaku sementara waktu," kata Nico.
Lebih lanjut, dia menilai Industri perkebunan sawit seolah kehilangan tenaga dengan kebijakan larangan ekspor tersebut.
Memang disparitas harga antara pasar domestik dan internasional sudah terlihat sejak kuartal akhir tahun lalu, sebelum perang Rusia-Ukraina yang disebabkan cuaca buruk dan kekurangan suplai dari Malaysia akibat penurunan produksi.
Baca juga: RI Stop Ekspor CPO, China Bakal Kena Imbas
Dengan demikian, harganya terus mengalami kenaikan dan sangat menarik untuk menaikkan neraca keuangan emiten sawit.
"Namun, larangan ekspor ini tentunya berpotensi menurunkan kinerja keuangan emiten sawit. Tidak hanya itu, pelaku pasar juga seketika merespon kebijakan tersebut dengan pelepasan saham, sehingga penurunan nilai saham tak terbendung," tutur dia.
Baca juga: Pasar Minyak Nabati Dunia Bergejolak Setelah Indonesia Larang Ekspor CPO
Nico mencontohkan, saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) misalnya yang merupakan market leader di industri perkebunan sawit, nilai sahamnya telah turun hampir 7 persen secara intraday.
Padahal saat ini adalah momentum untuk terus meningkatkan kinerja penjualan dari aktivitas ekspor yang harga acuannya tinggi.