Ia pun masih mempertahakan target harganya untuk BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI masing-masing Rp 8.359, Rp 5.199, Rp 9.169, dan Rp 9.191 tahun ini.
Sementara Analis Senior CSA Research Intitute Rea Priyambada melihat rontoknya saham-saham big bank merupakan imbas dari pasar saham global yang memang cenderung mengalami pelemahan seiring dengan berbagai sentimen.
Sentimen negatif masih mewarnai pasar global mulai dari perang Rusia-Ukraina yang belum usai, kembali merebaknya kasus Covid-19 di berbagai negara, munculnya penyakit hepatitis yang belum diketahui asalnya, serta penurunan harga komoditas.
Ditambah lagi dengan kenaikan suku bunga The Fed.
Akibatnya, saham-saham yang sempat mengalami kenaikan jelang libur lebaran, termasuk perbankan, terkena aksi jual.
"Investor asing melakukan aksi jual untuk mengamankan posisi mereka sementara dengan memperhatikan berbagai sentimen yang ada.
Mereka mengamankan asetnya dulu sambil menunggu seperti apa dampak dari kebijakan The Fed ke depan," jelas Reza.
Sama seperti Nico, Reza melihat tekanan yang ada hanya akan bersifat sementara meski ia tidak bisa memprediksi penurunan saham perbankan ini akan setajam apa.
Perkiraanya, saham-saham itu akan kembali bangkit karena kondisi ekonomi domestik masih tercatat bagus dimana pada kuartal I PDB Indonesia tumbuh 5,01%.
"Selain itu, kinerja perbankan juga semakin membaik dan penyaluran kredit semakin meningkat," pungkasnya. (Dina Mirayanti Hutauruk/Tendi Mahadi)