Menurutnya larangan ekspor CPO serta ditangkapnya mafia minyak goreng telah berpengaruh terhadap menurunnya harga minyak goreng. Namun penurunan yang terjadi belum sesuai dengan yang diharapkan.
“Sebenarnya ada penurunan harga minyak goreng tetapi penurunan yang terjadi masih jauh di bawah harga yang diinginkan publik. Jadi dibandingkan Februari-Maret lebih tinggi lagi sebelum kebijakan atau langkah Kejaksaan Agung memberantas mafia minyak goreng,” katanya.
Berdasarkan hasil survei kata Burhanuddin 75 persen responden saat ini menggunakan minyak goreng kemasan. Hanya 20,7 persen yang menggunakan minyak goreng curah yang harga batas eceran tertingginya (HET) diatur pemerintah. Mayoritas pengguna minyak goreng curah masih membelinya dengan harga di atas HET.
Baca juga: Hasil Survei Indikator Politik: Minyak Goreng Kini Lebih Mudah Didapat, Tapi Harga di Luar Jangkauan
“Pengguna minyak goreng curah yang membeli harga di bawah atau sesuai HET Rp14.000 hanya 4,9 persen. Sementara 90 persen lebih itu menjawab membeli harga minyak goreng curah di atas HET meskipun kisarannya tidak setinggi di bulan Februari Maret,” pungkasnya.
Adapun survei dilaksanakan pada 5-10 Mei 2022 dengan metode random digit dialing (RDD), melalui kontak telepon dengan target populasi adalah warga negara Indonesia (WNI) berusia 17 tahun ke atas atau sudah memiliki dan memiliki telepon.
Sampel sebanyak 1.228 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak kemudian divalidasi, dan screening. Margin of error dalam survei diperkirakan plus minus 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: UPDATE Harga Minyak Goreng 15 Mei 2022: Sunco, Bimoli, Tropical, Fortune Hingga Sania
Masyarakat Beli Minyak Goreng Curah di Atas HET
Hasil survei nasional yang dilkukan lembaga survei Indikator Politik Indonesia pada 5 sampai 10 Mei 2022 menyatakan 90 persen lebih responden membeli minyak goreng curah dengan harga di atas harga eceran tertinggi (HET).
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan sebagian besar responden yakni 72 persen mengatakan harga minyak goreng saat ini menganggap masih kurang terjangkau.
Sebanyak 75 persen responden, kata dia, mengaku memakai minyak goreng kemasan dan 20,7 persen lainnya mengaku memakai minyak goreng curah.
Burhanuddin mengatakan mereka mendapatkan minyak goreng sehari-hari dari warung sekitar tempat tinggal (47,1 persen), minimarket (30,8 persen), pasar basah/becek/tradisional (13,7 persen), pasar kering (3,8 persen), dan mall/supermarket (2,7 persen).
Hal tersebut disampaikannya dalam rilis survei bertajuk Drama Minyak Goreng dan Kepuasan Publik Terhadap Presiden yang disiarkan di kanal Youtube Indikator Politik Indonesia, Minggu (15/5/2022).
"Pengguna minyak goreng curah yang membeli harga di bawah HET atau sesuai HET cuma 4,9 persen (Rp10ribu-Rp14,9 ribu). HET nya kan Rp 14 ribu. 90 persen lebih itu menjawab membeli minyak goreng curah di atas HET," kata Burhanuddin.
Berikut ini data temuan yang ditampilkan saat rilis survei tersebut.