Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengumumkan rencana barunya untuk melakukan privatisasi atau menjual saham maskapai penerbangan nasional.
Penjualan ini dilakukan pemerintah Sri Lanka, demi menggalang anggaran khusus untuk memecahkan krisis ekonomi yang dihadapi masyarakat Sri Lanka. Hingga membuat pemerintah terpaksa mencetak uang untuk membayar gaji pegawai pemerintah dan membeli barang serta jasa lainnya.
Banyaknya jumlah uang yang dicetak dalam beberapa tahun terakhir ternyata memberikan pukulan keras pada kurs dan nilai tukar mata uang rupee Sri Lanka. Alasan inilah yang membuat perdana menteri Wickremesinghe berencana menjual saham maskapai nasional Sri Lanka Airlines.
Baca juga: Mantan Bos Goldman Sachs Sebut AS Berisiko Alami Resesi Ekonomi
Penjualan saham ini sebelumnya telah lama direncanakan pemerintah Sri Lanka, krisis yang makin memburuk telah memaksa Wickremesinghe putar otak mencari alternatif lain untuk membiayai kesejahteraan masyarakatnya.
Kondisi ini makin diperparah setelah S&P Global Ratings mengumumkan default selektif, usai Sri Lanka gagal membayarkan kupon 78 juta dolar AS untuk obligasi dolarnya yang jatuh tempo pada tahun 2023 dan 2028.
Baca juga: Sri Lanka Kehabisan Stok Bensin, PM Ranil Wickremesinghe: Hanya Cukup untuk 1 Hari
Kementerian keuangan Sri Lanka mencatat, kini total utang luar negeri negaranya telah mencapai 51 miliar dolar AS, sementara cadangan devisa yang dimiliki saat ini hanya sekitar 25 juta dolar AS.
“Saya tidak punya keinginan untuk menyembunyikan kebenaran dan berbohong kepada publik. Meskipun fakta-fakta ini tidak menyenangkan dan menakutkan, ini adalah situasi yang sebenarnya. Untuk waktu yang singkat, masa depan kita akan lebih sulit daripada masa-masa sulit yang telah kita lewati,” kata Wickremesinghe.
Baca juga: PM Baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe Memohon Bantuan Internasional Selama 1 Tahun: Kami akan Balas
Melansir data yang dihimpun Aljazeera sebelum resmi menjual saham maskapai nasionalnya, Sri Lanka Airlines telah kehilangan 123 juta dolar AS pada tahun fiskal 2020 hingga 2021. Meski penjualan maskapai nasional ini tak mampu menutup semua utang yang dimiliki Sri Lanka.
Namun dengan dana tersebut setidaknya dapat menambah anggaran bantuan khusus untuk membantu menyediakan obat-obatan penting seperti obat anti rabies dan obat untuk mengobati penyakit jantung.