Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama Q1 tahun 2022, PT Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA) membukukan pendapatan sebesar Rp 48 miliar.
Jumlah ini meningkat 52 persen dibandingkan pendapatan Q1 tahun 2021 yang mencatat pendapatan Rp 32 miliar.
Perseroan juga mencatat peningkatan laba bersih setelah pajak yang meningkat 24 % year on year (yoy) yakni Rp 9 miliar di Q1 2022.
Baca juga: Genjot Pembiayaan dan Perluasan Penggunaan Kendaraan Listrik, BRI Finance Gandeng Smoot
Direktur PT Radana Bhaskara Finance Tbk Rizalsyah Riezky mengatakan, pencapaian ini diperoleh setelah perseroan melakukan turnaround bisnis dari pembiayaan konsumtif ke pembiayaan produktif.
"Kesuksesan tersebut menghasilkan pertumbuhan pendapatan yang kuat dari lini pembiayaan produktif yang disertai dengan pengendalian OPEX yang ketat," kata Rizalsyah dalam paparannya di acara Publik Expose Kuartal 1 2022 PT Radana Bhaskara Finance Tbk di kantor pusatnya di Gedung Cibis Nine, Jl. TB Simatupang, Jakarta Selatan (23/06).
Sepanjang 2021, Radana Finance melampaui target dengan meningkatnya pendapatan perusahaan mencapai 54 % dari Rp 101 miliar di tahun 2020 menjadi sebesar Rp 155 miliar pada tahun 2021 dan meraih laba bersih setelah pajak sebesar Rp 35 miliar setelah di tahun sebelumnya merugi Rp 84 miliar.
aktor lain yang turut mendorong peningkatan kinerja Radana Finance yakni berkat pemulihan perekonomian Indonesia, yang di antaranya terlihat dari tren peningkatan piutang pembiayaan pada bulan April 2022 sebesar Rp 158,37 triliun, atau meningkat 16,27 % dibandingan dengan periode yang sama setahun sebelumnya yang sebesar Rp 136,22 triliun.
Baca juga: Meski Penjualan Bertumbuh, Tapi Pengajuan Pembiayaan Mobil Listrik Masih Rendah
Lebih lanjut, peningkatan juga terjadi dalam pembiayaan modal kerja sebesar 17,52 % dan pembiayaan investasi sebesar 15,95 % di April 2022 dibandingkan dengan periode serupa di tahun sebelumnya.
Rizalsyah lebih lanjut menjelaskan menyebutkan sejumlah faktor yang mendorong peningkatan signifikan dalam piutang pembiayaan.
Pertama pemulihan ekonomi, yang ditandai dengan pulihnya aktivitas bisnis, pembangunan infrastruktur dan lain sebagainya yang turut mendukung pertumbuhan piutang pembiayaan.
Kedua naiknya harga komoditas, terutama untuk industri batu bara dan nikel yang mendorong bertambahnya sejumlah permintaan alat berat dan truk. Ketiga meningkatnya kebutuhan untuk modal kerja melalui pembiayaan invoice/ piutang usaha.
“Last but not least, pendanaan bank untuk perusahaan-perusahaan pembiayaan sudah mulai kembali disalurkan secara selektif ke beberapa perusahaan pembiayaan yang dianggap memiliki performa yang baik termasuk Radana Finance,” ungkap Rizalsyah.
Direktur PT Radana Bhaskara Finance Tbk Milokevin Wendiady lantas memaparkan berbagai peningkatan indikator kinerja keuangan Radana Finance di kuartal pertama 2022.
Antara lain aset perusahaan mengalami peningkatan sebesar 66 % dari angka Rp 772 juta di akhir tahun 2020 menjadi Rp 1,280 miliar di akhir tahun 2021.
“Pada Q1 2022, asset perusahaan kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 1,325 miliar atau sebesar 77 % dari jumlah asset di Q1 2021,” ujar Milokevin.
Dari sisi pendanaan, liabilitas perusahaan di tahun 2021 meningkat sebesar 145 % dari Rp 266 miliar pada akhir tahun 2020 menjadi Rp 651 miliar pada akhir tahun 2021.
Pada Q1 2022, jumlah liabilitas perusahaan meningkat menjadi Rp 687 miliar atau sebesar 193 % dibandingkan dengan Q1 2021.
Pun demikian dengan ekuitas perusahaan yang meningkat 24 % menjadi Rp 629 miliar di akhir 2021 dari sebelumnya Rp 507 miliar di tahun 2020. Selanjutnya, pada Q1 2022 ekuitas Radana Finance berada di angka Rp 638 miliar, naik 24 % dari Q1 2021.
Adapun dengan nilai total aset saat ini yang sebesar Rp 1,094 triliun, Radana Finance memiliki pertumbuhan aset sebesar 96,27 % dibandingkan dengan semester 1 2021.
Baca juga: Pembiayaan Ritel Konsumer Menggeliat, Spektra Fair Siap Digelar di 45 Kota
“Pertumbuhan aset yang signifikan ini sebagian besar di topang oleh 2 produk unggulan kami, yakni 66,5 % ditopang oleh produk Factoring (Anjak Piutang) kami, 32,9 % oleh produk ABF (Asset Based Finance) dan 0,7 % dari produk lainnya,” ungkap Milokevin.
Selain itu, selama tahun 2021 perseroan memperoleh funding dari perbankan sebesar Rp 705 miliar serta adanya Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD), dimana perseroan memperoleh tambahan modal sebesar Rp 89 miliar sehingga memperkuat struktur modal perseroan.
Adapun sampai dengan periode Kuartal 1 2022 perseroan memperoleh tambahan fasilitas pinjaman baru sebesar Rp 200 miliar.
Dengan berbagai pencapaian positif yang diraihnya Radana Finance optimistis bahwa prospek bisnis hingga akhir 2022 dan di 2023 nanti akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2021.
Radana Finance telah menyiapkan berbagai strategi untuk meningkatkan kinerjanya. Antara lain dengan, menjalin kerjasama dengan new anchor dan principal untuk pembiayaan factoring dan ABF.
Kedua, mendapatkan akses pendanaan dari bank dan pasar modal dengan bunga yang kompetitif.
"Ketiga, kami akan senantiasa berinovasi terhadap produk dan proses bisnis secara end-to-end serta meningkatkan utilisasi ekosistem digital dan proses otomasi untuk mendukung bisnis baru. Dengan berbagai strategi ini kami yakin Radana Finance akan terus mencetak nilai tambah bagi seluruh stakeholders kami,” kata Milokevin.